Burton, CNN Indonesia -- Eks legenda Chelsea dan Timnas Belanda, Jimmy Hasselbaink memilih mengawali karir manajernya dari divisi dua Liga Inggris.
Ya, Hasselbaink baru 18 bulan terakhir meniti karir sebagai manajer. Musim pertama dilakoninya bersama klub divisi dua Belgia, Royal Antwerp pada musim 2013/14.
Musim ini, pria berusia 42 tahun itu hijrah ke daratan Inggris yang melambungkan namanya sebagai pesepak bola.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak 13 November lalu, Hasselbaink melatih klub divisi dua Inggris, Burton Albion. Ia menggantikan Gary Rowett yang meninggalkan Burton untuk bergabung bersama Birmingham City.
Saat Rowett mundur, sekitar 60 manajer--termasuk Hasselbaink--menyodorkan proposal guna melatih klub tersebut. Rekrutmen manajer dengan kandidat terbanyak sepanjang sejarah sepak bola Liga Inggris.
Direktur Burton Ben Robinson mengadu nasib klub tersebut terhadap Hasselbaink yang masih hijau pengalaman sebagai manajer dan belum pernah melatih di Inggris.
"Saya memiliki kualifikasi," kata Hasselbaink seperti dikutip dari
The Guardian. "Saya yakin ada di dalam DNA."
Terbukti saat ini Burton berada di peringkat keempat klasemen sementara divisi dua dengan raihan 36 poin dari 20 pertandingan.
Baca: Raja Assists dari ChelseaKesempatan BelajarTempat yang menjadi kandang Burton, Pirelli, dari luar lebih terlihat seperti sebuah ruang pamer penjualan mobil dibandingkan stadion sepak bola.
Stadion yang terlalu mewah bagi sebuah tim yang bertarung di divisi dua. Penonton di divisi dua pun jarang yang bisa melebihi angka 2.500 orang.
Lantas, mengapa Hasselbaink--yang kenyang asam garam dengan kompetisi Liga Inggris--mengajukan penawaran ke Burton?
"Saya mencoba belajar di lapangan. Saya tidak melihat Burton sebagai tim 'bawah'," kata Hasselbaink. "Saya melihat ini sebagai sebuah kesempatan besar."
Burton, menurut Hasselbaink, memiliki peluang menjadi besar karena memiliki salah satu fasilitas pelatihan terbaik di kawasan Inggris.
Sepanjang karirnya, pria yang menggantung sepatu pada 2008 itu pernah bermain untuk Leeds United, Chelsea, Middlesbrough, dan Charlton Athletic di kompetisi teratas Inggris.
Untuk empat klub itu, Hasselbaink mencetak 127 gol.
Ia lantas bergabung dengan Cardiff City dan bermain di sana selama semusim sebelum gantung sepatu.
Bersama tim nasional Belanda, 1998-2002, Hasselbaink bermain 23 kali dan mencetak sembilan gol.
Secara keseluruhan ia mencetak 195 gol dari 468 pertandingan bersama sepuluh klub dalam kurun waktu 1990-2008.
Filosofi Permainan"Jalan terbaik bagi saya adalah meminta kiper mendistribusi bola ke depan dan kami memainkannya dari belakang hingga ke depan. Dibantu dengan banyak pergerakan dari gelandang dan pemain serang," kata Hasselbaink.
"Akan banyak kreativitas dan ketika kehilangan bola, kami akan agresif untuk mendapatkannya kembali."
Filosofi permainan yang diungkap Hasselbaink itu mirip dengan gaya permainan Belanda yang mengedepankan permainan menyerang sebagai dasarnya.
Di Belanda, menurutnya, seorang pemain yang pensiun akan memulai karirnya dari tim junior atau kelas dua.
"Itulah alasannya kenapa begitu banyak pelatih Belanda yang hebat," katanya.
Baca: Nostalgia Drogba Bersama Chelsea