Jakarta, CNN Indonesia -- Putra Samarinda mengganti identitasnya dari klub ibu kota provinsi Kalimantan Timur menjadi klub provinsi Bali.
Ada apa sehingga klub yang telah berdiri sejak 1989 lalu di Samarinda itu pindah ke Bali dan berganti nama menjadi Bali United? CEO Bali United kepada
CNN Indonesia mengakui hal tersebut dilakukan untuk menangkap peluang bisnis yang lebih besar.
Persoalan bisnis atau finansial kerap menjadi alasan sebuah klub di Indonesia mencabut akarnya dari suatu daerah ke daerah lain. Sebelum Bali United beberapa klub besar di Indonesia juga ada yang mengganti identitas dan meninggalkan akarnya di daerah asal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut beberapa klub Liga Super Indonesia (LSI) yang berbasis tidak di lokasi akarnya selain Bali United.
1. Persijatim Jakarta Timur (Sriwijaya FC)
Siapa tak mengenal Sriwijaya FC. Klub ini merupakan salah satu klub elite di tatanan Liga Super Indonesia (LSI). Klub yang berbasis di Palembang, Sumatera Selatan ini adalah juara Liga Super Indonesia dua kali (2007 dan 2012).
Nyatanya klub yang bermarkas di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang itu lahir dan besar di Jakarta pada 1976. Pada 2002 klub tersebut pindah rumah ke Solo karena persoalan finansial. Namanya pun diubah menjadi Persijatim Solo FC pada 2002 hingga 2004.
Pada 23 Oktober 2004 klub itu dibeli Provinsi Sumatera Selatan dan diganti namanya menjadi Sriwijaya FC Palembang oleh pemerintah provinsi tersebut.
2. Pelita Jaya (Pelita Bandung Raya)Berbeda dengan Persijatim, Pelita Jaya adalah salah satu klub elite Indonesia di era Galatama. Klub ini dibangun pada 1986 dan merupakan penguasa Galatama (empat kali juara) sebelum dilebur dengan kompetisi perserikatan jadi Liga Indonesia pada 1994.
Pada era galatama tersebut, Pelita Jaya sempat diperkuat bintang dunia di antaranya Mario Kempes (Argentina) dan Roger Milla (Kamerun).
Prestasi terbaik Pelita Jaya di era Liga Indonesia adalah babak 8 besar pada tahun 2000. Selama dasawarsa 2000an, Pelita Jaya kerap naik turun kasta kompetisi tertinggi dan kasta kelas dua.
Dalam sejarahnya, sejak 1997 Pelita Jaya sempat berganti-ganti kepemilikan dan nama tergantung pemegang saham. Kandangnnya pun berpindah-pindah sesuai keinginan pemegang saham.
Pada 2012 Pelita Jaya FC diakusisi pemilik Bandung Raya sehingga markasnya yang semula di Stadion Singaperbangsa Karawang dipindahkan ke Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung.
3. Niac Mitra Surabaya (Mitra Kukar)Cikal bakal Mitra Kutai Kartanegara atau Mitra Kukar ternyata bukan berada di kota yang berada di Provinsi Kalimantan Timur tersebut. Sejarah awal klub yang masuk delapan besar Liga Super Indonesia 2013 itu ada di ibu kota Jawa Timur, Surabaya.
Nama awal klub itu adalah Niac Mitra yang juga dikenal dengan nama Mitra Surabaya.
Saat Mitra Surabaya terdegradasi ke Divisi I Liga Indonesia pada 1999, klub tersebut dibeli pemilik Barito Putra dari Banjar Masin dan pindah ke Palangkaraya. Nama klubnya pun diganti menjadi Mitra Kalteng Putra (MKP).
MKP tak memiliki prestasi bagus bahkan terpuruk ke Divisi II serta mengalami kesulitan keuangan. Akhirnya MKP pun dipinjamkan kepada Kabupaten Kutai Kartanegara. Lagi-lagi nama klub itu diganti menjadi Mitra Kukar.
Seperti dilansir di situs Mitra Kukar, posisi klub itu terus membaik dan kembali ke divisi I Liga Indonesia pada 2004. Setahun kemudian kepemilikan klub itu seluruhnya menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara dengan harga Rp1,5 miliar.
Prestasi demi prestasi terus datang. Mitra Kukar pun berhasil masuk ke Divisi Utama Liga Indonesia pada 2008 dan liga super pada 2011. Prestasi terbaik Mitra Kukar adalah peringkat tiga Liga Super Indonesia 2012/13.