SEPAK BOLA INDONESIA

Pengamat: Sepak Bola Indonesia Primitif

CNN Indonesia
Kamis, 18 Des 2014 18:28 WIB
Sepak bola Indonesia dinilai memiliki ketertinggalan dalam hal taktik serta juga memiliki masalah berupa pengaturan skor dan suap.
Taktik Alfred Riedl yang digunakan di Piala AFF 2014 dinilai primitif dan tidak sesuai. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat sepak bola, Budiarto Shambazy, mengungkapkan bahwa permainan sepak bola Indonesia di Piala AFF 2014 lalu dinilai ketinggalan zaman.

Hal ini diucapkannya saat menjadi pembicara dalam diskusi "Bekukan PSSI" di Auditorium Juwono Sudarsono, FISIP, universitas Indonesia, Kamis ( 18/12).

"Yang diterapkan (Alfred) Riedl (Alfred Riedl) kemarin di AFF itu primitif sekali," ujar Budi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Negara lain sudah menerapkan permainan yang cepat. Ia menilai, semua pemain sebenarnya harus bisa  berada di semua lini.

"Saya heran karena Riedl kan orang lama. Ia juga pernah di Indonesia. Kenapa masih menerapkan sistem permainan yang primitif seperti itu?"

Di lain pihak, Budi mengaku sepakat dengan penilaian Riedl bahwa semua merupakan cerminan sepak bola Indonesia. "Itu benar. Karena kompetisi kita antara ada dan tidak ada," kata Budi menambahkan.

Jika kompetisi di Indonesia benar ada, lanjut Budi, masalah seperti sepak bola gajah itu takkan pernah ada.

Ini yang membuat masyarakat, kata Budi, ingin otoritas sepak bola Indonesia (PSSI) dibenahi. "Sepak bola Indonesia itu milik kita (Bangsa Indonesia), bukan FIFA."

Skandal Pengaturan Skor

Jika Budiarto menyoroti masalah yang mendera tim nasional, mantan pengurus PSSI Catur Saptono mengungkapkan bahwa masalah paling mendasar yang menjadi awal hancurnya sepak bola Indonesia adalah isu pengaturan skor yang lekat dengan suap.

"Harusnya polisi bisa terlibat untuk mengusut suap ini. Tidak bisa dikatakan bahwa itu ranah PSSI," ujar Catur Saptono dalam acara diskusi yang sama.

Menurut Catur, suap itu bisa ditangani polisi jika diberikan kepada profesional yang terikat kode etik. "Dan PSSI itu punya kode etik."

Menurut Catur, indikasi pengaturan skor akan terlihat di akhir musim. "Mereka akan terima bayaran untuk pengaturan skor agar bisa membayar gaji pemain."

Catur mencontohkan kemungkinan suap itu dengan kasus sepak bola gajah yang baru-baru ini terjadi, yaitu antara PSS dan PSIS.

Kedua klub, menurut Catur, mengaku takut berhadapan dengan Borneo FC.  Pasti ada yang salah dengan klub baru itu.

"Selidiki dong ada apa dengan Borneo FC. Dari 13 kemenangan, 11 menang penalti."
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER