KISRUH SEPAK BOLA INDONESIA

PSSI: Anggaran Menpora Tidak Masuk Akal

CNN Indonesia
Sabtu, 20 Des 2014 15:50 WIB
Soal prestasi tim nasional Indonesia yang tidak kunjung baik, PSSI berkata bahwa Menpora harus meningkatkan anggarannya untuk membantu pembinaan sepak bola.
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi diminta oleh PSSI untuk meningkatkan anggaran untuk seluruh cabang olahraga di APBN dan APBN-P. (CNN Indonesia/M. Arby Rahmat)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Komite Eksekutif PSSI, Djamal Aziz, berkata bahwa intervensi yang bisa dilakukan Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam membenahi sepak bola Indonesia adalah memberikan dukungan dalam bentuk anggaran untuk pembinaan.

Hal ini disampaikan mantan anggota Komisi X DPR RI tersebut dalam diskusi bertajuk Polemik yang digelar Sindo Trijaya Network mengenai sepak bola Indonesia di rumah makan Warung Daun, Jln Cikini Raya.
 
"Anggaran Kemenpora itu tidak masuk akal. Cuma dua sekian triliun untuk sekian banyak cabang olahraga termasuk sepak bola."

"Kami dituntut (memberikan) prestasi tapi anggarannya tidak ada?" sembari menambahkan bahwa PSSI tidak mendapatkan anggaran pemerintah, kecuali untuk Kongres PSSI pada 2013 lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada kesimpulan yang diberikan di akhir diskusi, Djamal pun kembali menekankan masalah anggaran tersebut.

"Tolong Menpora berikan pengertian kepada Bapenas tentang cara untuk melakukan pembinaan untuk sepak bola, termasuk seluruh cabang olahraga. Jadi kami jangan diplot dengan anggaran yang sangat terbatas. Sepak bola itu tidak murah."

"Kalau mau intervensi, pemerintah harus punya kekuatan yaitu finansial: siapkan lapangan, siapkan prasarana dan sebagainya. Lakukan koordinasi dengan PSSI," kata Djamal seraya menambahkan bahwa intervensi yang bisa dilakukan pemerintah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional adalah melalui KONI dan KOI dan juga induk cabang olahraga.

Hal senada juga diungkapkan oleh General Manajer Football Development PSSI, Tommy Welly, yang pada diskusi tersebut berujar bahwa pemerintah harus "Gelontorkan dana untuk membangun lapangan dan juga membangun kepelatihan."

"Jangan sampai anak-anak bermain di tanah yang berkerikil dan tidak layak."

Selain itu, Tommy juga meminta agar pemerintah lebih memperhatikan lagi masalah pembinaan jika memang serius ingin memberikan dukungan dalam sepak bola.

Ia pun lalu mencontohkan Menteri Olahraga Malaysia yang memberikan dana untuk mendatangkan Lim Teong Kim, mantan pemain tim nasional Malaysia yang pernah menangani tim muda Bayern Munich, sebagai Direktur Program Pembinaan Sepak Bola Malaysia.

Tommy sendiri berujar bahwa ada perbaikan yang dilakukan oleh kepengurusan PSSI dalam masalah pembinaan. "Terakhir kalinya ada kursus kepelatihan tingkat B AFC di Indonesia adalah pada 2006 lalu, dan kami bisa mengadakannya lagi pada 3-21 Desember ini di Sawangan."

Ia pun menegaskan bahwa prestasi butuh proses dan juga piramida pembinaan. "Menurut pelatih timnas Uruguay, Oscar Washington Tabarez, pelatih yang lebih bagus dan fasilitas yang lebih bagus akan menghasilkan pemain yang lebih bagus pula," ujar Tommy.

Baca Juga Fokus: Persisam Putra Samarinda yang Beralih Menjadi Bali United   

Kemenpora Akan Lebih Proaktif

Sementara itu, Kemenpora sendiri mengakui bahwa ada permasalahan soal minimnya dana olahraga.

"Anggaran Kemenpora pada 2014 ini adalah Rp 1,8 triliun. Dari jumlah itu, hanya 500 miliar yang dianggarkan untuk olahraga seluruh cabor karena juga menganggarkan untuk budaya dan pariwisata," ujar juru bicara Kemenpora Gatot Dewabroto saat dihubungi CNN Indonesia.

"Dari jumlah Rp 500 miliar itu pun setengahnya untuk membiayai Program Indonesia Emas (Prima)," ujar Gatot saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Karenanya, Gatot berkata bahwa sistem penganggaran akan ditata ulang, terutama untuk menyambut Asian Games 2018.

"Menpora sendiri setuju untuk bersikap lebih proaktif untuk (menyusun) anggaran tahun depan dengan cara mendatangi Bapenas terlebih dahulu. Tidak masalah jika yang bisa ditemui di sana Eselon I atau Eselon II, yang pasti harus proaktif lebih dahulu."

Soal anggaran yang diterima PSSI, Gatot sendiri berujar bahwa selain untuk Kongres 2013, PSSI pernah menerima dana untuk Piala AFF 2010.

"Waktu itu Kemenpora keluarkan dana sampai Rp 22 miliar untuk bantu penyelenggaraan Piala AFF," kata Gatot.

Sementara itu, untuk Kongres PSSI pada 2014 ini, Kemenpora tidak memberikan dana karena PSSI tidak mengajukan proposal. Namun, menurutnya, secara struktural ada mekanisme pemberian dana dari Menpora untuk PSSI yaitu melalui KONI.

Pengalih Fungsi Lapangan

Untuk masalah sarana dan prasarana, Gatot berujar bahwa salah satu akar permasalahan selama ini adalah tidak adanya koordinasi dalam pengalihan lahan lapangan. Ia lalu mencontohkan Stadion Menteng yang kini telah berubah fungsi menjadi Taman Menteng.

Karena itu, langkah yang diambil Kemenpora adalah dengan mempertegas fungsi rekomendasi yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional,  bahwa jika lapangan sepak bola akan dialihfungsikan maka harus dengan seizin Menpora.

"Kemarin kan sempat ada masalah soal pengalihan Stadion Lebak Bulus menjadi depo MRT, namun sudah selesai setelah ada rekomendasi Menpora.

"Karena itu, pemda-pemda yang ingin mengubah lahan lapangan harus berhadapan dulu dengan Menpora.

"Biarkan Menpora dengan tegas mengatur pemda-pemda yang nakal."

Sementara itu, soal mendatangkan pelatih dari luar untuk mengembangkan sepak bola Indonesia, Gatot menyatakan bahwa Menpora tidak menutup kemungkinan untuk melakukan hal sama.

"Tapi kan tidak bisa ujug-ujug. Sampaikan saja ke Menpora," ujarnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER