PIALA ASIA 2015

Sejarah Sepak Bola Kuwait Dibentuk Kisruh Politik

Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 09 Jan 2015 14:26 WIB
Campur tangan pemerintah dalam persepakbolaan Kuwait sudah menjadi rahasia umum, namun semua itu tak lepas dari ambisi sang penguasa untuk meraih titel juara.
Ilustrasi sepak bola, Pemerintah Kuwait selalu ikut campur tangan dalam permasalahan sepak bola negaranya. (Getty Images/anek_s)
Australia, CNN Indonesia -- Sheikh Ahmad Al-Fahad Al-Sabah memang tak memiliki jabatan resmi di Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), tapi politisi Kuwait yang juga bos Dewan Olimpiade Asia ini memiliki pengaruh nyaris sebesar Sepp Blatter.

Hal ini jelas terlihat ketika dukungan yang diberikannya mampu mengantar Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa dari Bahrain menjadi Presiden AFC pada 2014. Bukti lainnya adalah saat pemilihan Presiden FIFA.

Kejutan kembali muncul dari putra mahkota Yordania, Pangeran Ali bin Ali Hussein, setelah sang pangeran pekan ini mengumumkan pencalonannya sebagai Presiden FIFA untuk bersaing dengan Blatter.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski Sheikh Ahmad telah mengumumkan dukungannya untuk Blatter, sang pangeran ditengarai masih memiliki kesempatan untuk mengubah pikiran sang politisi andal sebelum pemilihan yang dilakukan dalam Kongres pada Mei mendatang.

Di Kuwait sendiri, Sheikh Ahmad merupakan bagian keluarga penguasa negeri. Mereka kerap mengintervensi permasalahan di sepak bola negara tersebut.

Otoritas sepak bola dunia (FIFA) bahkan pernah melarang Kuwait mengikuti segala turnamen sepak bola kelas dunia pada periode 2007-2008. Namun pada 2010, Kuwait berhasil menjadi penyelenggara kompetisi sepak bola di Timur Tengah.

Tekanan Positif

Intervensi paling nyata terjadi pada Piala Dunia 1982. Saat itu, Sheikh Fahad Al-Ahmad Al-Sabah meniupkan peluit dari jajaran bangku penonton.

Pemain-pemain Kuwait berhenti bermain lantaran mengira itu adalah peluit tanda permainan telah usai. Perancis yang telah unggul 3-1 berkesempatan menjebol gawang Kuwait satu kali lagi.

Sang bos marah dan mengancam wasit untuk membatalkan gol tersebut, meski pada akhirnya kemenangan tetap di tangan Perancis.

Piala Triumph Asia 1980 ketika Kuwait menjadi tuan rumah juga dikacaukan isu politik.

Pada Piala Asia 2015 kali ini, Kuwait kembali berlaga. Pelatih Nabil Maaloul dipercaya membawa tim Kuwait meraih kejayaan seperti pada 1980. Sebelumnya, Jorvan Vieira dipecat karena tak bisa membawa Kuwait meraih hasil di Piala Gurun 2014.

"Ada tekanan besar di pundak kami, terlebih setelah permainan buruk timnas Kuwait di Piala Gurun lalu," kata Maaloul seperti dikutip Reuters. "Semoga ini bisa menjadi tekanan yang positif." (vri/vri)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER