New York, CNN Indonesia -- Persaingan Joe Frazier dengan Muhammad Ali akan selalu diingat sebagai salah satu rivalitas terhebat sepanjang sejarah dunia tinju. Tapi, siapa sangka, hubungan Frazier dan Ali di luar ring tinju pernah berlangsung sangat indah. Setidaknya sebelum keduanya bertemu.
Membahas Frazier tanpa Ali memang seperti membicarakan Neil Armstrong tanpa menyebutkan bulan. Adalah Frazier yang mendominasi tinju dunia kelas berat ketika Ali menjalani larangan bertarung (1967-1971) karena menolak menjalani wajib militer.
Frazier dan Ali sudah tiga kali bertemu di atas ring. Pertarungan pertama terjadi di Madison Square Garden, New York, 3 Agustus 1971. Pada pertarungan bertitel 'The Fight of the Century', Frazier memberi Ali kekalahan pertama sepanjang kariernya setelah menang angka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertemuan kedua terjadi 28 Januari 1974, kembali di Madison Square Garden. Di pertarungan ini giliran Ali menang angka atas Frazier, yang kehilangan gelar juara dunia kelas berat WBC dan WBA setelah kalah dari George Foreman satu tahun sebelumnya.
Pertarungan ketiga diberi nama 'The Thrilla in Manila'. Para pertarungan di Filipina ini, Ali berhasil mengalahkan Frazier dengan TKO.
Ali, yang dikenal pandai melakukan serangan verbal terhadap lawan, beberapa kali tertangkap kamera menghina Frazier. Ali sempat memanggil Frazier sebagai 'Orang jelek', 'Gorilla', hingga 'Paman Tom' yang merupakan sebutan untuk orang kulit hitam yang tunduk kepada orang kulit putih.
Frazier dikenal kalem dalam menghadapi serangan verbal Ali. Namun, petinju yang lahir pada 12 Januari 1944 itu selalu memiliki cara untuk membuat kesal Ali. Salah satunya adalah tetap memanggil Ali dengan Cassius Clay, yang dianggapnya sebagai nama budak.
Sembunyi-sembunyiMeski dikenal sebagai rival di atas ring, Frazier dan Ali pernah memiliki hubungan yang cukup erat di luar ring. Frazier adalah salah satu orang yang paling keras menuntut agar hukuman larangan bertarung Ali dicabut.
Ketika bertemu Presiden Amerika Serikat Richard Nixon, Frazier bahkan sempat mengatakan, "Anda harus mencabut hukumannya, agar saya bisa mengalahkannya di atas ring."
Kisah persahabatan Frazier dengan Ali juga terungkap pada program acara Inggris 'This Is Your Life'. Frazier mengaku pernah memberi Ali tumpangan dari Philadelphia ke New York pada Agustus 1970.
"Sepanjang perjalanan ke New York, Ali tidak memberi saya kesempatan berbicara. Dia terus mengoceh. 'Smokin Joe Frazier, kamu pikir kamu bisa mengalahkan aku'. Saya harus mendengar dia mengoceh sepanjang perjalanan," ucap Frazier.
Sesampainya di New York, banyak orang yang melihat Frazier dan Ali berada satu mobil. Frazier pun berkata, "Kamu harus segera keluar dari mobil saya, karena orang-orang akan mengira kita adalah teman baik."
Frazier dan Ali memang pernah memiliki hubungan yang cukup erat. Keduanya sama-sama lahir di bagian Selatan Amerika Serikat, daerah tempat isu rasial sangat kentara. Frazier dan Ali juga pernah merebut medali emas Olimpiade.
Menariknya, rivalitas Frazier dan Ali masih terjadi hingga keduanya tua. Pada 2001, Ali sempat mengungkapkan permintaan maaf karena pernah menghina Frazier. Namun, Frazier mengaku tidak menerima permintaan maaf tersebut.
"Dia tidak pernah minta maaf ke saya, dia minta maaf ke suratkabar. Saya masih menunggu permintaan maaf langsung darinya," ujar Frazier seperti dilansir ESPN.
Merespons pernyataan Frazier, Ali kemudian mengatakan, "Jika Anda lihat Frazier, bilang kalau dia masih seperti gorilla."
Ketika Frazier meninggal pada 7 November 2011, Ali mengaku kehilangan salah satu teman baiknya.
"Dunia kehilangan juara hebat. Saya akan selalu mengingat Frazier dengan penuh rasa hormat dan kekaguman. Simpati saya untuk keluarga dan orang yang dicintainya," ucap Ali seperti dilansir
Fox Sports.
(har/har)