Jakarta, CNN Indonesia --
Sebuah sepeda hadiah natal yang dicuri pada Oktober 1954 menjadi titik balik hidup seorang Muhammad Ali. Dari situlah Ali berkembang menjadi petinju terhebat sepanjang sejarah.Langit wilayah Louisville, Kentucky, ketika itu mendung dan hujan turun. Kondisi itu tidak menghalangi rencana bocah 12 tahun bernama Muhammad Ali (dulu bernama Cassius Clay) datang ke sebuah bazar.
Usai mendapatkan apa yang menjadi incarannya, permen dan
pop corn gratis, Ali bersama temannya menghampiri sepeda yang diparkirnya di Columbia Auditorium untuk pulang ke rumah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, betapa kagetnya Ali. Sepeda berwarna merah yang baru saja diberikan sang ayah sebagai hadiah Natal, hilang dicuri.
Dengan sangat marah, Ali berusaha mencari sepeda tersebut. Dia kemudian pergi ke gym sekitar auditorium untuk menemui seorang polisi bernama Joe Martin.
"Dia bilang, 'Aku akan menghajar orang yang mencurinya'. Saya lalu bilang, 'Kamu harus belajar tinju dulu sebelum menghajar seseorang'," ujar Martin seperti dikutip dari
Bleacher Report.Si Kurus PemberaniSetelah membantu Ali kecil membuat laporan insiden pencurian, Martin kemudian memberi formulir anggota
gym kepada Ali. Martin ketika itu memiliki program acara tinju Tommorow's Champions di televisi lokal.
Jika ada yang memprediksi bocah 12 tahun dengan berat 40 kilogram dari Louisville akan menjadi juara dunia tinju, maka dia akan dianggap sebagai orang gila. Tapi, tidak bagi Martin. Dia melihat adanya talenta dan semangat dalam diri Ali.
Enam pekan kemudian, Ali menjalani pertarungan pertamanya di atas ring. Pada acara
Tommorow's Champions tersebut, Ali mengalahkan bocah lainnya bernama Ronny O'Keefe dengan menang angka pada pertarungan tiga ronde.
Di bawah asuhan Martin, Ali berhasil meraih kepopuleran di wilayah Kentucky. Ali berhasil meraih gelar Kentucky Golden Glove enam kali, dua National Golden Glove, dan dua gelar Amateur Athletic Union sebelum usianya 18. Total Ali menjalani 108 pertandingan amatir.
Ali kemudian terpilih sebagai wakil Amerika Serikat di Olimpiade Roma 1960 dan merebut medali emas dengan mengalahkan petinju Polandia. Lucunya, Ali awalnya menolak tampil di Roma karena takut naik pesawat terbang. Ali sempat meminta Martin menyediakan tiket kapal laut ke Roma.
Medali emas Olimpiade belum membuat Ali puas. Ali yang ketika itu disponsori konsorsium Louisville Sponsoring Group, kemudian mendapat kesempatan berlatih bersama pelatih veteran Angelo Dundee. LSG sempat berusaha merekrut pelatih ternama seperti Mongoose, Archie Moore, dan Sugar Ray Robinson, tapi gagal.
Bersama Dundee-lah Ali menjadi juara dunia kelas berat tinju dengan mengalahkan Sonny Liston. Ali berada di bawah asuhan Dundee hingga gantung sarung tinju.
Hingga kini Ali gagal menemukan sepeda merahnya tersebut. Namun, jika bertemu pencurinya, Ali mungkin tidak akan memukulnya, tapi justru akan menjabat tangannya dan mengatakan, "Terima kasih telah mengubah hidup saya."
(har)