Bata, CNN Indonesia -- Dalam drama adu penalti di final Piala Afrika 2015, penyerang Pantai Gading, Gervinho, mengalami putus asa ketika dua algojo asal negaranya gagal melakukan eksekusi. ia pun lalu membelakangi gawang dan menolak untuk melihat kelanjutan adu tos-tos-an melawan Ghana tersebut.
"Pada posisi dua kosong, saya duduk dan membelakangi pertandingan," kata Gervinho. "Mungkin itu membawa keberuntungan bagi tim kami."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Entah itu karena teknik atau keberuntungan, Pantai Gading kemudian dengan sukses mengeksekusi delapan penalti selanjutnya.
Pantai Gading lalu mampu merebut gelar juara ketika tendangan penalti penjaga gawang Ghana, Razak Braimah, digagalkan oleh kiper Pantai Gading, Boubacar Barry dan Barry kemudian sukses menjadi algojo terakhir.
Gelar ini adalah gelar pertama untuk negara asal Didier Drogba tersebut dalam 23 tahun terakhir.
"Sejujurnya saya tak pernah percaya. Saya tak percaya kami bisa melakukannya," kata Gervinho. "Hal ini membuat saya stres dan saya tak bisa menyaksikannya, karena penalti adalah soal keberuntungan."
"Saya stress dan pikiran-pikiran buruk mulai berkeliaran di kepala saya. Akan sangat mengecewakan jika kami gagal lagi," kata penyerang AS Roma tersebut.
"Kami telah bertahun-tahun menderita dan bertahun-tahun dikritik. Sekarang kami bisa merayakannya. Kami harus memberikan pujian kepada sang kiper, ia bermain dengan sangat baik."
Gervinho yang ditarik keluar pada babak perpanjangan waktu adalah pemain yang gagal mengeksekusi penalti pada final Piala Afrika 2012. Pantai Gading kala itu kalah dari Zambia.
"Kegagalan adu penalti di 2010 dan 2012 membayang-bayangi kepala saya. Banyak hal yang berkelebat dalam otak saya."
"Setelah melalui begitu banyak final, yang ini tentu harus berhasil."
(vws)