Jakarta, CNN Indonesia -- Menurut ungkapan orang bijak, sahabat sejati adalah mereka yang tetap memberi dukungan saat sahabatnya berada dalam kesusahan.
Namun, sosok pesepak bola Angelo Di Livio tak sekadar sahabat sejati bagi klub Serie A, Fiorentina. Di Livio adalah malaikat penyelamat bagi klub Italia tersebut.
Bagaimana tidak, sebagai pemain pendatang asal Juventus, Di Livio bahkan lebih loyal ketimbang pemain lain yang sejak awal bergabung dengan Fiorentina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tak pernah menapaki kejayaan yang sesungguhnya bersama Fiorentina, namun ia juga tak berpaling saat klub tersebut akhirnya tiarap.
Loyalitas Tak Berbatas
Fiorentina memang tak pernah menuliskan catatan glamor dalam sejarah keberadaannya dibanding klub-klub lain di Serie A.
Klub ini memang sempat memenangkan sejumlah trofi, termasuk dua kali scudetto, namun catatan kelamnya pada kurun 2001-2002 seakan menenggelamkan prestasi mereka sebelumnya.
Pada musim 2001-2002, Fiorentina tergradasi ke kasta Serie B sebelum akhirnya dinyatakan bangkrut. Fiorentina terpuruk makin jauh ke Serie C.
Tak langsung bisa bermain di Serie C, Fiorentina harus terlebih dulu berganti nama. Della Valle bersaudara pun muncul sebagai penyelamat muka kala itu.
Diego dan Andrea Della Valle pun menghidupkan kembali klub dengan nama Florentia Viola, dan mendaftarkan diri ke Serie C sebagai klub baru.
Florentia Viola, jelmaan Fiorentina yang harus bangkit dari nol. Tanpa sponsor jersey, pemain, bola, juga lapangan. Namun dukungan ternyata mengalir untuk klub baru itu.
Dukungan pertama adalah kepercayaan dari seluruh warga Florence. Dukungan berharga lainnya datang dari mantan pemain Fiorentina, Angelo Di Livio.
Pemain kelahiran Roma itu memilih berjuang bersama Viola. Jalan terjal yang menghadang Viola, tak menyurutkan tekad Di Livio.
Bayaran yang diterimanya merosot hingga 90 persen. Dari 1,5 juta Euro per tahun, menjadi 130 ribu Euro. "Menerima tawaran itu bukan hal sulit," kata Di Livio saat itu.
Dukungan Untuk Di LivioKeputusan Di Livio ternyata tak berdiri sendiri. Cinta sang Istri juga berdiri di belakang keputusannya tersebut.
Kecintaan pasangan ini pada Kota Florence sungguh luar biasa. "Tetaplah di sini. Kamu berutang pada kota ini, juga para pendukungmu. Buatlah mereka bangga," kata sang istri memberi dukungan.
Menurut pria kelahiran 26 Juli 1966 ini, saat itu teleponnya tak berhenti berdering dari para suporter. Di Livio mengaku merasa tertekan akan hal itu sekaligus bahagia.
Apa yang dilakukan Della Valle bersaudara juga cukup untuk menjadi cambuknya. Mereka, bagi pemain lini bertahan ini, menunjukkan mental juara, dan ia pun ingin seperti itu.
"Saya pemain kelas Piala Dunia yang kini harus bermain di Serie C2. Di manapun, segalanya akan selalu membutuhkan perjuangan."
Tertanam dalam pikiran Di Livio, dalam hidup, kadang ada yang jauh lebih penting dari sekadar uang dan popularitas. Ia pun berhasil membuktikan tekadnya dalam bentuk hasil.
Susah payah pria yang dijuluki Soldatino ini menunjukkan dedikasinya, dan ia berhasil membawa tim kembali ke Serie A pada 2004.
(vri)