Jakarta, CNN Indonesia -- Mengambil tendangan penalti bukan pekerjaan mudah. Roberto Baggio, John Terry, atau Luigi di Biagio bisa memberikan kesaksian bagaimana kegagalan dalam melakukan eksekusi penalti dalam adu tos-tosan akan terus menghantui hidup mereka.
Sebagaimana terlihat dari pengalaman Terry atau Baggio, seorang eksekutor penalti akan memiliki beban mental tersendiri. Jika sukses, ia bisa akan mendapat sanjungan dan menjadi pahlawan. Sementara jika gagal, ia bisa dicap sebagai penjahat.
Beban mental ini terlihat lebih ringan jika dibandingkan dengan seorang penjaga gawang, karena seorang kiper memang lebih 'diprediksikan' gagal menghalau bola.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu apa yang seharusnya dilakukan seorang pengambil penalti?
Sebagaimana dituliskan
BBC, riset yang dilakukan oleh Universitas John Moores di Liverpool memberikan satu solusi yang sulit terbantahkan.
"Bola yang ditempatkan dengan baik ke arah pojok atas tak akan mungkin terjangkau kiper meski ia bisa mengantisipasi arahnya," kata profesor Tom Riley.
"Kiper tak memiliki waktu yang cukup untuk bereaksi sehingga menempatkan bola di area ini akan menunjukkan keberhasilan 100 persen."
Riley kemudian bertutur bahwa banyak penendang penalti yang menendang bola sekeras mungkin ke tengah-tengah gawang, dengan harapan sang kiper telah lebih dahulu bergerak. "Namun cara ini tak selalu sukses," ujarnya.
Riley sendiri mengakui bahwa menempatkan bola ke pojok atas memang tidak mudah sehingga memiliki risiko tersendiri. Namun cara ini adalah alternatif yang bisa dicoba ketimbang menempatkan bola ke pojok bawah gawang.
"Memang lebih mudah untuk menendang ke pojok bawah, namun jika tendangan tak benar-benar dilakukan sempurna maka kiper masih bisa menjangkaunya."
Sementara itu, seorang psikolog olahraga Peter Naish berkata bahwa rahasia untuk mengambil penalti adalah berlatih sesering mungkin sehingga tubuh secara tidak langsung akan memiliki reaksi alamiah.
"Biasanya penendang penalti akan berpikir untuk mengarahkan bola ke tempat tertentu untuk mengecoh kiper. Namun mereka tidak memikirkan cara agar kaki atau tubuhnya bisa melakukan hal tersebut dengan baik.
"Semakin sering berlatih, maka cara menendang akan menjadi keahlian tersendiri."
"Ketika seorang penendang gagal berpikir karena, misalnya, melakukan penalti di hadapan 80 ribu orang, maka teknik menendang yang terekam dalam alam bawah sadar akan mulai mengambil alih."
(vws)