Jakarta, CNN Indonesia -- Menghabiskan waktu nyaris empat jam lamanya bersama Tan Joe Hok, kesan seorang pria yang cuek dan ceplas-ceplos sangat lekat dengannya.
Namun di balik itu semua, tersimpan jiwa dengan romantisme yang cukup mencengangkan untuk sang istri.
Candaan sahabat yang menjodohkan Tan Joe Hok dengan seorang gadis cantik bernama Goei Kiok Nio ternyata membuahkan cinta yang mendalam hingga usia senja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak banyak kisah yang menghiasi cerita cinta pasangan keturunan Tionghoa ini selain kisah tentang kekuatan kesetiaan. Baru saja merajut tali asmara, sang gadis harus rela melepas kekasihnya menuntut ilmu ke Negeri Paman Sam.
Mereka terhubung lewat surat menyurat selama beberapa tahun, lantaran Tan Joe Hok berkeras menyelesaikan pendidikan master-nya di Amerika Serikat.
Di Amerika, Tan Joe Hok juga memiliki beberapa teman wanita yang diakuinya berparas sangat cantik. “Dia cantik sekali, tapi saya tahu kami tidak mungkin bersama. Warna kulit dan bentuk wajah kami jelas berbeda,” katanya mengenang kisahnya.
Tan Joe Hok mengaku sempat merasakan penolakan ayah mertuanya. Namun kegigihannya meruntuhkan penghalang apapun. Sang sejoli pun akhirnya menikah pada 1965.
Dikaruniai sepasang putra-putri, kehidupan keduanya, diakui Tan Joe Hok, sangat bahagia. Terlihat lewat foto-foto yang mengabadikan senyum keluarga kecil mereka ini.
Namun siapa nyana, Goei Kiok Nio terserang stroke pada akhr Januari 1998. Penyakit itu tak lama bersarang di tubuh kekasih hati Tan Joe Hok tersebut sebelum akhirnya ia meninggal dunia pada 1 Februari 1998.
“Sekarang tanggal 26 ya? Berarti istri saya sudah meninggal selama 17 tahun 26 hari.” Satu kalimat yang terlontar begitu saja dari pria berkacamata ini.
Kalimat sederhana yang sarat makna. Betapa Tan Joe Hok menghitungi hari-harinya selepas kepergian sang istri. Terasa rindu tersemat dalam kalimatnya.
Caranya mengenang kepergian sang istri pun cukup mengesankan. “Setiap 1 Februari, saya biasanya tabur bunga di laut di Australia.”
Jenazah sang istri saat itu dikremasi. Meski wafat di Indonesia, Tan Joe Hok memilih laut di Australia yang lebih bersih. “Laut
kan di manapun menyatu,” katanya menambahkan.
Tatapannya sejenak terlihat kosong. Ia pun berandai-andai, “Jika ia masih hidup, saya ingin memberikan apapun keinginannya. Karena saya berutang padanya telah mau susah menjadi istri dan membesarkan anak-anak.”