Jakarta, CNN Indonesia -- Samuel Eto'o berharap hukuman untuk para pelaku aksi rasis di dunia sepak bola bisa mendapatkan hukuman yang lebih berat. Hal itu untuk meminimalisir munculnya aksi-aksi serupa di masa depan.
Eto'o mengaku terkejut dengan insiden suporter Chelsea yang mengolok-olok seorang pria berkulit hitam di Paris. Bagi Eto'o tindakan seperti ini jelas tidak bisa ditolerir.
"Kita semua di sini berdiri untuk terus menghadapi dan bertarung dengan tindakan-tindakan rasis seperti itu," ucap Eto'o saat menerima penghargaan European Medal of Tolerance di London, seperti dikutip dari BBC Sport.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harus benar-benar memperhatikan isu ini dan saya berharap hukuman untuk pelaku rasis bisa semakin berat," katanya menambahkan.
Namun di sisi lain, Eto'o mengingatkan bagi publik untuk tidak membuat stigma berlebihan terhadap identitas pelaku rasis tersebut.
"Misal dalam kejadian di Paris, 5-10 orang itu jelas tidak merepresentasikan klub dan pendukung Chelsea secara keseluruhan. Dan semua harus menyadari hal itu," ujar Eto'o
Eto'o Tak Khawatirkan Rusia
Dalam perjalanan karirnya, Eto'o sendiri sempat beberapa kali mengalami perlakuan rasis. Misalnya pada tahun 2006 saat pendukung Real Zaragoza menirukan suara monyet setiap ia mendapatkan bola atau saat fans Cagliari membuat nyanyian bernada rasis bagi Eto'o ketika ia bermain untuk Inter Milan.
Menariknya, Eto'o justru menegaskan bahwa dirinya tidak punya pengalaman buruk terkait aksi rasis saat bermain di Rusia bersama Anzhi Makhachkala.
Padahal saat ini berembus kekhawatiran bahwa Piala Dunia 2018 di Rusia nanti akan diwarnai oleh banyak aksi rasis.
"Berdasarkan pengalaman saya sebagai pemain, Rusia adalah tempat terindah untuk bermain. Saya memiliki kesan yang bagus terhadap Rusia," ujar pria yang pernah bermain untuk Real Madrid, Barcelona, Inter Milan, dan Chelsea ini.
(ptr/ptr)