Jakarta, CNN Indonesia -- Manchester United memang menghabiskan lebih dari seratus juta poundsterling pada bursa transfer musim panas, namun hingga kini tak ada satu pun nama yang benar-benar menonjol dalam skuat Louis van Gaal.
Angel Di Maria masih belum bersinar, demikian pula dengan Radamel Falcao yang hingga saat ini baru menyarangkan empat gol di Liga Inggris. Pemain-pemain lama seperti Wayne Rooney, Robin van Persie, atau Antonio Valencia pun tak benar-benar bisa menjadi andalan, meski beberapa di antaranya sempat mengalami performa yang baik.
Tapi hal ini justru seolah melambangkan bagaimana seorang van Gaal ingin membentuk timnya, yaitu bukan untuk mengandalkan individual namun kekuatan kolektif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sesi jumpa wartawannya, pelatih asal Belanda ini memang terkenal tak senang menyebut satu nama pemain tertentu, baik yang sedang bermain baik atau buruk.
"Saya tak suka berbicara soal individu," kata van Gaal jika disudutkan wartawan tentang satu pemain.
Dan hal inilah yang terlihat dalam dua pertandingan terakhir United di Liga Inggris. Melawan Tottenham Hotspur dan Liverpool, United menjadi tim yang pemain-pemainnya mengerti cara bermain secara kolektif. Mereka mampu memberikan umpan-umpan pendek dan memindahkan bola secara cepat.
Dalam kata lain, mereka bermain sebagai tim yang tidak mengandalkan individu tertentu.
Di samping bermain secara tim, satu hal lain yang menjadi ciri khas yang sedang coba dibangun oleh van Gaal bersama United adalah permainan yang mengandalkan penguasaan bola.
Merujuk pada situs penyedia data sepak bola,
Whoscored, hingga saat ini United menjadi tim kedua dengan penguasaan bola tertinggi di Liga Inggris setelah Man City. Kesebelasan asuhan Pellegrini tersebut memiliki rataan 60,9 persen per laga sementara United memiliki 59,8 persen.
Menurut Ander Herrera dalam wawancaranya dengan
El Pais, ia mengungkapkan bahwa hal inilah yang coba diterapkan van Gaal semenjak ia datang ke kota pelabuhan tersebut.
"Van gaal menyukai penguasaan bola dan ia tidak suka kehilangan bola. Ia ingin kami berlama-lama menguasai bola karena ia percaya bahwa Anda akan menciptakan ruang dengan berdiri di titik yang benar.
"Tim akan selalu menemukan Anda."
Pada laga Minggu (22/3) melawan Liverpool, Van Gaal dan anak-anak asuhnya pun sukses menunjukkan hal tersebut. Meski berhadapan dengan Liverpool yang juga senang menguasai bola,
Padahal sang tuan rumah, Liverpool, dikenal sebagai tim yang juga senang untuk menguasai bola. Tapi Man United sukses menjungkalkan Si Merah dengan permainan yang sebenarnya menjadi ciri khas Brendan Rodgers itu.
 Man United mendapatkan dua kemenangan penting melawan Tottenham Hotspur dan Liverpool. (Reuters/Phil Noble) |
Faktor Waktu dan Alternatif TaktikBukan kebetulan jika Man United baru menunjukkan performa yang baik di paruh musim kedua. Meski klise, waktu menjadi faktor menentukan bagi Van Gaal.
Tak mudah bagi tim untuk beralih dari sistem, dari semula di bawah David Moyes menjadi tim yang mengandalkan penguasaan bola. Pasalnya, para pemain harus padu terlebih dahulu sebagai suatu kesebelasan untuk bisa memahami arah pergerakan rekan-rekan satu timnya.
Hal ini tak mungkin dicapai melewati sesi latihan saja dan mereka harus melalui berbagai kekalahan dan kemenangan untuk dapat mengerti kesalahan-kesalahan dalam melakukan sistem yang ingin dicapai Van Gaal.
Inilah yang diisyaratkan Paul Scholes lewat kolomnya di harian
The Independent. Menurutnya, United yang tidak bermain sama sekali di kompetisi Eropa membuat mereka kekurangan pertandingan untuk dapat menerapkan filosofi van Gaal. Apalagi Setan Merah juga langsung tersingkir di Piala Liga, satu kompetisi yang bisa digunakan van Gaal untuk membuat tim terikat erat.
Secara tersirat hal ini juga yang diucapkan oleh Herrera. Menurutnya, ia sempat kesulitan di awal-awal musim karena ia diminta mengubah gaya permainan oleh sang manajer.
"Semula ia sering memarahi saya karena saya selalu mencari bola. Saya menginginkan bola dan (kini) saya harus menunggu untuk mendapatkannya."
Selain itu, satu hal yang membuat performa United kini terdongkrak adalah karena alternatif taktik van Gaal yang juga semakin bekerja. Jalan lain tersebut adalah Marouane Fellaini.
Jika United menemukan kebuntuan, Fellaini memang bisa menjadi alternatif untuk mengirimkan bola yaitu dengan mengandalkan umpan-umpan panjang. Dengan kemampuan superiornya dalam mengendalikan bola panjang dengan menggunakan dada, dan juga memiliki kekuatan fisik, tak ayal Fellaini mampu menjadi mimpi buruk bagi barisan belakang musuh-musuh Setan Merah.
Hal ini terlihat ketika United menundukkan Liverpool. Fellaini mampu mendominasi dan membuat frustrasi Emre Can. Gol pertama United pun tercipta setelah Fellaini mampu mengendalikan bola dan menyodorkannya bagi Herrera yang lalu memberikan assist bagi Juan Mata.
Meski tak mengeksploitasi kekuatan Fellaini tersebut, van Gaal mampu membuatnya sebagai alternatif serangan yang cukup efektif.
Dengan Man United yang kini semakin mengenal dan mampu menerapkan filosofi van Gaal, serta memiliki jalan lain ketika buntuk, maka bukan suatu hal yang aneh jika di akhir musim nanti Setan Merah bisa menjadi kekuatan baru.
(vws)