Roma, CNN Indonesia -- Kompetisi sepak bola Italia pernah mengalami masa jaya hingga sekitar sedekade lalu. Namun, kejayaan itu terpuruk setelah terkuaknya skandal
calciopoli yang menerpa klub-klub Negara Pizza tersebut pada 2006.
Presiden baru federasi sepak bola Italia (FIGC) Carlo Tavecchio ingin keterpurukan itu segera berakhir dan kompetisi di Italia itu kembali menjadi yang terbaik.
Untuk itu pria yang terpilih jadi presiden FIGC pada Agustus tahun lalu mengungkapkan pihaknya menelurkan peraturan dan mengubah beberapa guna mewujudkan mimpinya membangkitkan sepak bola di negara Juara Dunia 2006 tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menempatkan aturan sehingga investasi dapat dilakukan di Italia, dengan keamanan ekstrem," kata Tavecchio seperti dikutip
Reuters.
Tavecchio pun menegaskan ikatan kerja sama dengan produsen olahraga asal Jerman, Puma, menunjukkan mulai kembalinya kredibilitas FIGC. Puma akan menyuplai perlengkapan dan peralatan sepak bola bagi pengembangan sepak bola junior dan perempuan di Italia.
Tavecchio mengatakan FIGC bekerja sama dengan sekolah-sekolah di Italia untuk mencari dan mengembangkan para pesepak bola muda. Dunia sekolah, kata Tavecchio, selama ini selalu diabaikan FIGC sehingga hal itu perlu dibenahi.
"Kami memiliki sekitar 20 juta murid di Italia," kata Tavecchio.
Selain itu, hal itu akan membantu generasi muda Italia hanya terpaku pada komputer atau telepon seluler. Jika hal itu bisa dilakoni Tavecchio yakin sepak bola Italia akan bangkit kembali.
ParmaNamun, saat ini ada noktah dalam kompetisi sepak bola Italia yaitu kebangkrutan Juara Piala UEFA 1998/99, Parma. Tim itu kini berada sebagai juru kunci dan belum mampu membayar pemain, pelatih, serta ofisial lainnya. Bahkan, untuk mencuci seragam sepak bola saja para pemain harus melakukan sendiri.
Tavecchio mengklaim aturan terbaru akan mencegah kejadian seperti yang dialami Parma akan terulang kembali. Lewat aturan tersebut arus kas akan diatur tetap sesuai dengan kuangan klub.
"Federasi ini sedang memulihkan gengsi (sepak bola), gengsi dengan menjadi otoritas dari sistem sepak bola yang tak lagi berada di tangan klub," kata Tavecchio.
(kid/kid)