Jakarta, CNN Indonesia -- Peralihan 2014/2015 menjadi perjalanan menarik bagi Manchester United yang memulai musim dengan susah payah, tim asuhan Louis van Gaal sempat dipermalukan Swansea City, MK Dons, ataupun Leicester City.
Dalam catatannya, Man United pernah hanya mampu meraih satu kemenangan dari tujuh pertandingan awal mereka. Kubu Setan Merah juga menjadi sorotan publik dan pengamat sepak bola, karena merupakan satu-satunya klub elit yang suka memainkan bola-bola panjang.
Performa para pemain baru Man United seperti Luke Shaw, Ander Herrera, Angel Di Maria, dan Radamel Falcao juga dianggap tidak memenuhi standar yang diterapkan publik Old Trafford.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan Wayne Rooney pun bak roller coaster. Di satu pekan, mereka adalah tim yang kesulitan untuk membobol gawang Cambridge United --klub divisi dua (kasta keempat sepak bola Inggris). Di pekan lainnya,mereka adalah tim yang mampu menaklukkan Tottenham Hotspur 3-0.
Mereka juga merupakan tim yang mampu dipermalukan Leicester 3-5. Tetapi lantas mampu melumat rival abadi mereka dalam dua pertandingan kandang-tandang musim ini.
Berlatar berbagai sisi negatif tersebut, Setan Merah kini justru berada di peringkat kedua Liga Inggris. Hanya selisih satu poin dari Arsenal yang satu tingkat di atas mereka.
Penuh Kritik Tapi Apik dalam StatistikBanjir kritikan, di balik perjalanan yang naik turun, hingga aktivitas transfer yang 'buruk', statistik di atas lapangan justru menunjukkan sebaliknya.
Nama Falcao seringkali muncul di berbagai rumor negatif tim asuhan mantan pelatih Ajax Amsterdam itu. Bagaimana tidak? Penyerang asal Kolumbia yang sempat dianggap salah satu mesin gol di Eropa tersebut, justru turun derajat menjadi penghangat bangku cadangan.
Meski dicerca berbagai kritik, Falcao membuktikan diri sebagai penghasil assist terbanyak kedua --bersama Ander Herrera, Juan Mata, dan Wayne Rooney-- di United.
Pun dengan Angel Di Maria yang sempat dianggap kehilangan kepercayaan dirinya, justru merupakan pemain yang paling sering memberikan
assist bagi Setan Merah. Dengan total sepuluh
assist, ia juga merupakan pemain efektif kedua di liga setelah Cesc Fabregas dengan 16
assist.
Selain itu, Van Gaal mungkin belum lupa kritikan padanya akibat formasi tim yang rutin berubah. Namun pada kenyataannya, Man United justru menjadi tim ketiga --setelah Chelsea dan Southampton-- yang paling sedikit kebobolan di Liga Inggris.
Meski performanya tak konsisten, Van Gaal juga tidak pernah mengalami kekalahan lebih dari satu pertandingan secara berturut-turut pada musim ini. Dibandingkan era David Moyes, hingga pekan ke-31 Liga Inggris saat ini, total raihan poin mereka 11 poin lebih baik.
Penuh kritik tapi tampil apik dalam statistik. Dengan tujuh pertandingan tersisa di liga, publik Old Trafford kini menanti akhir musim penuh kontradiktif klub kebanggaan mereka. Entah berakhir manis, atau justru tertunduk malu. Yang pasti, musim 2014/2015 tak akan terlupakan bagi Setan Merah.
(vri)