Jakarta, CNN Indonesia -- Sorotan dunia di Hotel MGM Grand, (2/5) mendatang, mungkin hanya akan tertuju pada Manny Pacquiao dan Floyd Mayweather semata.
Duel kedua petinju yang telah dinantikan selama lebih dari lima tahun tersebut merebut perhatian insan dunia olahraga, membuat sosok Freddie Roach di pinggir lapangan sedikit terlupakan oleh sorotan kamera.
Padahal, ia adalah sosok penting di balik kebangkitan Pacquaio sebagai petinju.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Roach sendiri merupakan figur yang cukup vokal mengomentari pertandingan akhir pekan nanti. Roach bahkan yakin, Pacquiao akan mampu menaklukkan Mayweather, yang saat ini berstatus sebagai petinju yang tak terkalahkan.
"Di era saya masih bertinju, saya lebih cerdik dibanding dia (Mayweather), percayalah," tegas Roach seperti yang dilansir Washington Post.
"Dia mungkin tidak terkalahkan sebagai pemain profesional, tetapi dia kalah saat masih menjadi petinju amatir dan saya telah melihat dia kalah dari orang biasa saat masih amatir."
Roach juga yang menyiapkan strategi bagi Pacquiao untuk mengalahkan Maywaeather. "Kaki Mayweather sudah lemah," kata Roach. "Ia tak mungkin berlari hingga 12 ronde."
"Kami memiliki kecepatan, kekuatan, dan kami 100 persen yakin dengan kekuatan Manny. Ia lebih cepat dari biasanya dan ia memukul dengan lebih kuat, karena ia sempat melukai saya ketika latihan -- tak pernah ada petinju saya yang melakukannya."
Lalu siapakah Roach? Siapakah sosok pelatih di pinggir ring yang berani meragukan Mayweather yang saat ini belum terkalahkan?
Roach mungkin bukan juara dunia seperti Mayweather, namun setidaknya ia pernah merasakan jatuh bangun di dunia tinju untuk berani bermulut besar.
Jatuh Bangun di Ring TinjuKetika masih menjadi petinju profesional, Roach pernah merasakan pahitnya kehilangan segalanya, terutama karena ego dan ambisi. Pasalnya, pada usia 26 tahun, Roach tak mau mendengar nasihat pelatihnya untuk menggantung sarung tinju.
"Eddie (Futch, pelatih Roach) mengatakan bahwa ini saat yang tepat untuk pensiun, tetapi saya tidak ingin mendengarkannya," ujar Roach seperti dilansir Boston Herald.
Roach pun kemudian takluk dan harus mengakhiri kariernya di atas ring tinju dengan lima kekalahan dari enam pertandingan terakhir. Padahal, sebelumnya ia sempat memiliki catatan gemilang, 26 kemenangan dan sekali kalah
Dan saat itu semua seakan direnggut dari Roach. Mimpi Roach di atas ring berakhir, IRS (Kantor Pajak Amerika Serikat) datang dan mengambil uangnya, dan sama seperti kebanyakan petinju, ia juga harus merasakan dampak dari pukulan-pukulan yang ia terima di atas ring, yang menghadiahinya penyakit Parkinson.
Segalanya bisa saja berakhir saat itu juga, namun mantan pelatihnya datang dan mengulurkan tangan, menjadikan Roach asisten pelatih meski tak mendapatkan bayaran.
Dari situ, Roach menapaki jalan untuk menjadi salah satu pelatih paling dikenal di dunia tinju.
Tak hanya itu, rutin beraktivitas di gym, meditasi, obat-obatan, dan aktivitasnya di dunia tinju juga banyak membantu Roach menekan penyakit Parkinson, membuat Anda tak akan mengira sosok vokal di belakang Pacquiao tersebut merupakan seorang penderita penyakit yang kini juga mendera Muhammad Ali.
Hubungan Akrab dengan PacManPertama kali melihat sosok Pacquiao yang datang ke Amerika, Roach tahu dia melihat 'sesuatu' dalam diri petinju Filipina tersebut. Ia lalu memutuskan untuk menjadi pelatihnya meski ia sendiri tak yakin akan mendapatkan banyak uang dari Pacquiao.
Sama seperti dirinya sendiri berubah dari sosok orang yang kehilangan arah menjadi seorang pelatih ternama, Pacquiao ternyata menjelma menjadi salah satu 'lumbung' uang bagi Roach.
"Saya tidak pernah menyangka akan menjadi seperti sekarang," ujar Roach mengakui. "Saya merupakan seorang hartawan karena Manny, dan karena saya cukup hemat, saya tidak akan pernah bangkrut."
Seorang petinju dan pelatih lazim memiliki ikatan kuat. Tapi bukan berarti hubungan mereka akan bertahan. Ketika seorang petinju kalah, sang pelatih biasanya dibuang dan diminta bertanggung jawab atas kekalahan tersebut.
Roach dan Pacquiao berbeda, terutama karena Pacquiao melihatnya seperti sosok seorang ayah. Pacquiao pun seolah terus menginginkan restu dari Roach untuk setiap hal.
Mayweather dilatih oleh ayahnya, Mayweather Sr, namun bahkan hubungan keduanya tak sedekat Roach dan Pacquiao. Mayweather dan ayahnya memang sempat memiliki hubungan yang buruk. Sang ayah bahkan pernah menggunakan tubuh anaknya untuk berlindung, ketika seorang kerabatnya ingin menembak dirinya. Hal ini tak pernah terjadi dengan Roach dan Pacquiao.
Permusuhan dengan Mayeweather Sr.Meski sudah gantung sarung tinju, bukan berarti Roach tak memiliki musuh. Pada pertarungan 2 Mei nanti, Roach pun akan menghadapi salah satu rivalnya selama bertahun-tahun, Mayweather Sr.
Dulu Mayweather Sr sempat melatih Oscar de La Hoya sebelum digantikan Roach. Sebagai pelatih, keduanya pernah bertemu ketika Ricky Hatton yang dilatih Mayweather Sr. berjumpa dengan Pacquiao pada 2009.
Kamp latihan Hatton berubah menjadi bencana di bawah Mayweather Sr. dan Pacquiao memukul KO Hatton di ronde kedua. Mayweather Sr. kemudian meninggalkan Hatton dan menolak untuk bertanggung jawab.
Ketika membimbing de La Hoya, Roach pernah membuat Mayweather Jr kelabakan dan hanya menang angka tipis. Karena itu, Roach telah menanti lama kesempatan untuk untuk mengalahkan Mayweather.
Jelang pertarungan di MGM Grand Arema nanti, Roach yakin anak asuhnya akan bisa memenangkan setiap ronde. Demikian pula dengan Mayweather Sr. yang percaya diri Mayweather akan memukul KO Pacquiao.
Ya, pertarungan nanti memang bukan sekadar Pacquiao vs Mayweather Jr. namun juga soal Roach vs Mayweather Sr. "Mengalahkan Roach adalah motivasi tambahan buat saya," kata Mayweather Sr. "Terlepas ia mengatakannya atau tidak, hal ini juga sama untuk Roach."
(vws)