Maradona Ingin Rezim FIFA Diganti

Dika Dania Kardi | CNN Indonesia
Selasa, 05 Mei 2015 08:02 WIB
Legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona menghendaki rezim kepemimpinan FIFA diganti dan memberi dukungan terhadap kandidat yang berasal dari Asia.
Legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona, menilai rezim FIFA di bawah kepemimpinan Sepp Blatter terlalu absolut sehingga merusak sepak bola dunia dan harus diganti.(REUTERS/John Vizcaino)
Buenos Aires, CNN Indonesia -- Legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona mengkritik Presiden FIFA, Sepp Blatter, dan menghendaki rezim federasi sepak bola dunia itu diganti dalam kongres yang berlangsung akhir bulan ini.

Blatter telah menjadi presiden FIFA sejak 1998 dan berkompetisi lagi untuk terpilih menjadi presiden pada periode yang kelima. Ia akan bersaing dengan tiga kandidat pada Kongres yang akan berlangsung akhir bulan ini di Zurich, Swiss.

Tiga kandidat itu adalah Presiden Asosiasi Sepak Bola Belanda Michael van Praag, legenda sepak bola Portugal Luis Figo, dan mantan anggota komite eksekutif FIFA dari Yordania Pangeran Ali bin Al Hussein.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maradona bahkan terang-terangan memberikan dukungannya terhadap Pangeran Ali untuk memenangkan pemilihan Presiden FIFA yang baru. Namun, awal pekan ini beredar spekulasi yang menyatakan pangeran berusia 39 tahun itu hendak menarik diri dari pencalonannya tersebut.

"Jika saya tak percaya dia (Ali) akan menjadi seorang presiden (FIFA) yang bagus, saya tak akan mendukungnya," kata Maradona seperti dilansir Reuters.

Maradona yang kini berusia 54 tahun itu yakin jika Blatter terpilih lagi untuk yang kelima kalinya, maka sepak bola dunia telah terluka.

"Seperti yang diketahui dalam sepak bola dunia, di dalam FIFA ada anarki total, yakni ketika hanya ada satu orang yang memutuskan segalanya," kata pemain terbaik dunia di abad XX bersama Pele. "Inilah waktunya untuk sebuah perubahan."

Menurut pelatih timnas Argentina di Piala Dunia 2010 tersebut, Blatter telah merusak sepak bola dunia dengan kekuasaan absolutnya. Beberapa di antaranya yang dikritik Maradona adalah penunjukkan Rusia dan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.

Polemik suap dalam penunjukan tuan rumah dua piala dunia tersebut membuat FIFA menugaskan Michael Garcia--seorang pengacara asal Amerika Serikat--menjadi penyidik independen untuk memeriksa hal tersebut.

Selama 18 bulan, Garcia melakukan investigasi dan sebelum Piala Dunia 2014 di Brasil, Garcia menyerahkan laporannya kepada Komite Eksekutif dan Komite Etik FIFA. Sayangnya keinginan Garcia untuk membuktikan dugaan kasus korupsi ini seakan harus "dijegal" beberapa pihak.

Salah satunya ialah ketika Komite Etik FIFA lalu menyampaikan kesimpulan setebal 42 halaman yang diintisarikan dari laporan Garcia yang setebal 430 halaman. Kesimpulan FIFA sendiri menyatakan bahwa baik Qatar dan Rusia tidak bersalah dan dibebaskan dari tuduhan suap.

Satu jam setelah intisari laporan dibeberkan FIFA kepada publik, Garcia dengan marah berkata bahwa FIFA melakukan interpretasi yang salah terhadap laporannya.

Setelah Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) pada 16 Desember 2014, menolak banding Michael Garcia terhadap pernyataan Hakim Komite Etik Hans-Joachim Ecker tentang hasil investigasi kasus dugaan suap penentuan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022, penyidik independen itu memutuskan untuk mengundurkan diri sehari kemudian.

Dalam pernyataan pengunduran dirinya, Garcia mengungkapkan kekecewaannya terhadap penyelesaian kasus yang selama ini menurutnya kurang transparan. "Itu benar-benar mengganggu saya yang telah bermain di empat Piala Dunia. Saya mengejar bola, sementara Blatter mengejar sampanye," kata Maradona menambahkan.

Maradona bukan sekali ini saja mengkritik FIFA di bawah kepemimpinan Blatter. Ketika dirinya menjadi pelatih kepala timnas Argentina (2008-2010), ia mengkritik larangan FIFA yang tak memperbolehkan pertandingan di ketinggian di atas tiga ribu meter di atas permukaan laut (mdpl).

Menurut pria yang terkenal dengan gol Tangan Tuhan tersebut hal itu merugikan Bolivia yang memiliki lokasi geografis negara di atas ketinggian tersebut. "Anda bermain di mana Anda dilahirkan, bahkan Tuhan-pun tak bisa mengubahnya apalagi Blatter," kata Maradona pada Maret 2008 silam. (kid/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER