Singapura, CNN Indonesia -- Sementara Juventus menengguk kesuksesan melaju ke final Liga Champions untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir, mantan pegawai di Sekolah Sepak Bola Juventus yang berbasis di Singapura akan berjuang mendapatkan gaji yang belum dibayarkan.
SSB Juventus masih beroperasi di negara Asia Tenggara tersebut, namun perusahaan yang menaungi SSB itu,
Kicker, telah dibekukan sejak 4 Maret lalu karena terlilit hutang.
Menurut harian Singapura,
The New Paper, empat pegawai SSB yang belum menerima gaji sedang mempersiapkan tuntutan terhadap
Kicker. Media tersebut juga mengabarkan bahwa
Kicker pun berhutang kepada Servcorp Singapore, pemilik gedung yang disewa
Kicker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Tenaga Kerja Singapura memerintahkan
Kicker untuk membayar gaji pegawai sebesar SS$9 ribu (US$ 6.837) sebelum 12 Mei, sementara Servcorp memberi
Kicker 30 hari sebelum mereka akan mengunci kantor
Kicker.
Seorang mantan pelatih di sekolah tersebut, Richard Harris, berkata bahwa pesan singkat dan teleponnya kepada Direktur Umum
Kicker tidak membuahkan hasil.
"Saya mengambil pekerjaan ini karena saya percaya Juventus. Ketika Anda mendapatkan kontrak dengan logo Juventus dan logo Asosiasi Sepak Bola Singapura (FAS) di situs resmi, maka Anda akan percaya," kata pelatih asal Skotlandia tersebut.
Sekolah sepak bola yang terafiliasi dengan klub besar Eropa sendiri sempat menjadi bisnis menjamur di Singapura. Bahkan biaya masuk untuk SSB tersebut bisa mencapai ribuan dolar Singapura.
Namun salah seorang orang tua siswa di SSB Juventus mengatakan bahwa pengalaman ini membuat mereka berpikir ulang untuk melanjutkan di SSB tersebut, meski telah membayar S$1200 di muka.
"Ini tidak baik untuk Juventus dan bahkan memalukan nama tim tersebut. Kami membayar di muka untuk enam bulan dan saya ragu akan terus mendaftarkan anak saya di tempat ini."
(vws)