Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak harmonisnya hubungan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) selalu menjadi alasan terpuruknya prestasi Indonesia di ajang multi cabang.
Tidak terkecuali di ajang SEA Games 2015, setelah Indonesia hanya menempati peringkat lima klasemen akhir perolehan medali. Bahkan sebelum SEA Games 2015 berlangsung, KOI dan KONI masih bersitegang mengenai logo organisasi.
Jauh sebelum evaluasi SEA Games 2015 di kantor Kemenpora, Senayan, Kamis (25/4), Ketua KOI, Rita Subowo, mengaku sudah melakukan komunikasi dengan Ketua KONI, Tono Suratman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sudah bilang ke Pak Tono, 'Itu logo ring lima punya orang, sudah serahin saja. Jadi kalau nanti kalau mau pake ring lima kalau ada gathering dengan KOI.' Sudah tinggal kemauan KONI saja kalau mau koordinasi," tutur Rita kepada CNN Indonesia.
Menpora, Imam Nahrawi, mengaku senang dengan adanya pemikiran penyatuan KONI dan KOI. Imam menganggap hal itu adalah suatu terobosan yang luar biasa.
"Semoga ini bisa berlanjut pada sesuatu yang nyata. Saya kira harus begitu biar tidak ada tumpang tindih. Tapi, saya senang karena ada komitmen dari Pak Tono dan Bu Rita untuk kembali duduk semeja. Saya akan tindaklanjuti semua ini," ucap Imam.
Tentang apa kiranya formula yang dapat mendongkrak prestasi olahraga Indonesia, Rita mengatakan, semuanya bergantung kepada keseriusan pemerintah yang dalam hal ini Kemenpora.
"Political will dari pemerintah. Karena kita sudah mentok, yang dilakukan atlet sudah maksimal. Inti masalahnya apa? Atlet, ada tempat latihan, anggaran, ada sports science, gizinya baik. Atlet dapat berlatih dengan baik. Tapi kalau semua itu sulit, bagaimana?" ucap Rita.
"PB (Pengurus Besar) harus kuat. Tidak boleh lagi orang Kemenpora duduk di PB. Di KONI ada dana penguatan PB, itu dipakai. Kemudian pertanggungjawabankan kuangannya, lalu tempat latihan juga. Jadi memang harus koordinasi betul-betul."
Rita mengingatkan supaya mendatang Indonesia jangan terlalu bergantung kepada cabang-cabang unggulan. Karena belum tentu dipertandingkan di ajang internasional seperti Olimpiade.
Rita menilai Indonesia harus mengambil cabang-cabang yang selalu dimainkan, yang jumlah medalinya banyak.
"Itu kesempatan kita masuk. KOI tidak membina, tapi hanya memberi masukan berdasarkan yang kita lihat dan ketahui di Asian Games dan SEA Games," ujarnya.
(har/har)