Jakarta, CNN Indonesia -- Nama seorang Mike Tyson mungkin menciptakan rasa takut bagi lawan-lawannya di atas ring. Namun, ia justru menjadi orang yang mengalami ketakutan dan kepahitan semasa kecil dari berbagai penindasan yang ia alami.
Dahulu, Tyson merupakan seorang anak kecil berkacamata yang memiliki kesulitan berkomunikasi. Fakta itulah yang membuatnya sering diganggu oleh orang-orang yang menindasnya.
Kala Tyson masih kelas satu, seorang anak lain mencoba merebut bekal makan siangnya. Anak tersebut kemudian menghajar Tyson kecil, mengambil kacamatanya, dan membuangnya lantaran Tyson tidak ingin makan siangnya diambil karena tidak punya cukup uang untuk membeli makanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketidakberdayaan itu membuat Tyson merasa sakit hati, kondisi yang berlanjut hingga ia beranjak dewasa. Ketika ia sudah punya kemampuan bertarung tinju dan badannya menjadi lebih besar, laki-laki kelahiran Brooklyn, New York City, itu kemudian balas dendam kepada orang-orang yang pernah menindasnya dahulu.
Anak yang dahulu membuang kacamatanya pun diklaim Tyson telah dihajar habis-habisan sampai meminta ampun.
"Saya dahulu pernah miskin dan hampir tuna wisma, kehidupan saya tidak pernah seimbang sebelumnya. Saya tidak ingin pergi ke sekolah karena orang-orang akan 'memilih' saya (untuk dirundung).
"Dahulu saya benar-benar gemuk dan cadel. Jadi saya sangat ingin menjadi dan disebut sebagai pria tangguh," ucap Tyson yang terkenal dengan gigitan ke kuping Evander Holyfield dalam sebuah pertarungan tinju tahun 1997.
Tak Pernah SembuhTyson memang telah bertumbuh besar dan menjadi petarung andal. Akan tetapi, bekas rundungan yang ia terima semasa kecil tak pernah benar-benar sembuh.
Seperti dilansir dari situs
USA Today, Tyson mengatakan bahwa penindasan tersebut meninggalkan bekas luka di sisa hidupnya. Pemegang rekor petinju termuda yang meraih gelar tinju kelas berat WBC, WBA, dan IBS pada usia 20 tahun 4 bulan dan 22 hari tersebut merasa hal itu sebagai 'kanker akut', atau sesuatu yang tidak dapat dilepaskan sepenuhnya.
"Saya disiksa dengan seluruh cara seorang manusia bisa disalahgunakan sebagai anak-anak. Saya sering ditindas waktu itu," tutur Tyson. "Ini memberikan efek yang mendalam. Saya berharap itu tidak terlalu mempengaruhi saya, tapi ternyata sangat berpengaruh."
Petinju yang juga memiliki julukan Si Leher Beton ini mengungkapkan bahwa ia juga pernah mengalami pelecehan seksual saat usianya tujuh tahun oleh seseorang yang 'menculik'-nya dari jalanan.
"Saya seorang laki-laki yang sangat sensitif. Dari ditindas, saya bisa menjadi orang yang benar-benar jahat," tutur petinju berjulukan Pria Terjahat di Bumi ini.
Walau tidak suka akan julukannya tersebut, Tyson mengakui bahwa ia memang seperti itu adanya. "Diintimidasi adalah sesuatu yang tidak pernah dapat Anda lupakan," tuturnya menegaskan.
"Saya percaya penindasan juga mempengaruhi aspek logika seseorang sekarang. Saya tidak tahu itu semasa saya kecil."
Pemilik nama lengkap Michael Gerard Tyson ini pernah mengatakan kepada media, bahwa yang membuatnya menjadi seorang juara besar tinju adalah keinginan untuk melawan kembali penindasan.
Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepaada manajer sekaligus pelatih pertamanya, Cus D'Amato, karena telah mengenalkannya pada budidaya disiplin.
"(Cus) berbicara dengan saya setiap malam tentang disiplin dan karakter. Dan saya tahu...saya tahu tidak ada orang, tak ada orang yang secara fisik dapat kembali mengganggu saya," kata mantan petinju yang memiliki rekor karier 58 pertarungan dengan 50 kali menang (44 KO) dan enam kali kalah tersebut.
[Gambas:Youtube] (vws)