Jakarta, CNN Indonesia -- Hanya ada dua kata yang terucap dari mulut seorang Iker Casillas Fernandez ketika ia mengakhiri jumpa pers terakhirnya sebagai seorang pemain Real Madrid: “C’est fini”. Dengan dua kata tersebut, Casillas yang berlinang air mata pun mengucapkan selamat tinggal dan berkali-kali berkata terimakasih kepada Real "telah memberikan segalanya".
Casillas dan Real Madrid adalah sama dan satu. Bagaimana tidak, dua puluh lima tahun sudah penjaga gawang berusia 34 tahun asal Spanyol tersebut telah menghabiskan masa hidupnya di klub profesional sepak bola yang telah 113 tahun berdiri tersebut.
Casillas telah berada di kota Madrid sejak kecil dan mencapai mimpinya bermain di Los Blancos di usianya ke-10 tahun. Dari awal, sudah terlihat jelas bahwa laki-laki kelahiran Mostoles ini adalah seorang kiper yang istimewa dan memiliki gerak reflek yang cepat, kedua kaki yang kuat, dan bakat untuk menjadi yang tak terkalahkan dalam duel satu-lawan-satu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemain bertinggi badan 185 sentimeter ini juga telah buktikan bahwa dirinya adalah seorang pemimpin tim baik di tingkat klub maupun nasional.
Dalam final Liga Champions pertamanya, peraih lima kali penghargaan kiper terbaik dunia versi IFFHS itu tampil begitu mengesankan untuk membantu timnya memenangkan gelar juara kompetisi Eropa yang kedelapan. Di musim yang sama, ia bermain baik dan menjadi pemain muda terbaik dari Bravo Award tahun 2000.
Ia adalah pemain kunci di negaranya dalam kemenangan Piala Eropa 2008 dan 2012, serta Piala Dunia di Afrika Selatan tahun 2010.
Keretakan hubungan Casillas dan Madrid sendiri bermula ketika ia bertikai dengan Jose Mourinho. Pelatih asal Portugal tersebut percaya bahwa Casillas adalah mata-mata di ruang ganti yang sering membocorkan segala sesuatu kepada media.
Casillas yang sering kali dicadangkan Mourinho mengaku bahwa dirinya sempat ingin meninggalkan Real Madrid, namun ia kemudian meredam emosinya.
Casillas merasa bahwa saat ini ia juga tak perlu berbicara terlalu banyak tentang Mourinho karena pelatih asal Portugal tersebut kini sudah berada dengan Chelsea sejak tahun 2013, dan Casillas ingin berkonsentrasi pada timnya sendiri.
"Dengan Mourinho hubungan saya panas-dingin. Ketika ia berada di sini (Real Madrid, saya sempat tak berbicara dengannya di ruang ganti," kata Casillas sebagaimana dikutip dari Marca (9/1).
"Jika saya berjumpa dengannya esok hari, saya akan menawarkan jabat tangan sebagai rasa terima kasih, dan tergantung pada dirinya apakah ia akan mengambil uluran tangan saya atau tidak."
Selain Mourinho, hubungannya dengan Carlo Ancelotti juga sempat tidak harmonis dan sempat kesal kepadanya karena mantan manajer Real Madrid berusia 56 tahun asal Italia tersebut sering mencadangkan Casillas di musim pertamanya melatih di Santiago Bernabeu.
Ancelotti dipecat manajemen Madrid, Selasa (26/5), setelah Los Blancos gagal di tiga ajang bergengsi musim ini: La Liga, Liga Champions, dan Piala Raja.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Ancelotti atas semua yang diberikannya, meski saya marah kepada dia di musim pertama ketika saya jarang bermain.
"Ancelotti mempertahankan Lopez sebagai kiper utama dan itu situasi sulit bagi saya. Tapi, saya tetap mendapatkan musim yang bagus, meski melakukan kesalahan di final Liga Champions. Saya punya banyak kenangan indah bersama Ancelotti." ucap Casillas kepada Cadena SER (27/5).
Meski Casillas rutin menjadi pilihan utama baik di klub maupun tim nasional Spanyol, layaknya kiper-kiper lain, ia juga pernah melakukan kesalahan sendiri dalam bertanding. Piala Dunia 2014 di Brasil mungkin merupakan lembaran karier yang ingin segera dilupakan Casillas, kalah 1-5 dari Belanda di Arena Fonte Nova (13/6/2014)
Walau begitu, Casillas pun kerap kali melakukan penyelamatan gemilang di berbagai pertandingan salah satunya kala Real Madrid menjamu SS Lazio dalam pertandingan fase grup C Liga Champions, 11 Desember 2007 dimana ia melakukan dua kali penyelamatan mustahil di dalam kotak penalti.
Kini kisah panjang Casillas sebagai kiper Madrid berakhir dengan kepindahannya ke FC Porto.
"Klub ini telah membentuk saya sebagai seorang manusia dan membantu saya untuk bertumbuh."
"Selain mengingat saya sebagai kiper yang baik atau kiper yang buruk, saya hanya berharap orang-orang menilai saya sebagai orang yang baik."
(vws)