Sempat Diduga Pria, Pelari Perempuan Targetkan Emas Olimpiade

Arby Rahmat | CNN Indonesia
Rabu, 29 Jul 2015 12:28 WIB
Dutee Chand tersenyum lebar dan bersiap membela negaranya dalam cabang atletik setelah gugatannya tentang penentuan jenis kelamin diterima pengadilan.
Ilustrasi pelari perempuan. (morgueFile/fitwalk)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kegembiraan tersirat di wajah Dutee Chand, 19, ketika ia memenangkan gugatannya tentang tes kelamin di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) yang berbasis di Swiss awal pekan ini.

Chand kini dapat fokus mengejar mimpinya untuk meraih medali emas lari jarak pendek dalam ajang Olimpiade.

Sebelumnya putri asal distrik Jajpur, India itu sempat tak lolos tes jenis kelamin dari Federasi Atletik Asosiasi Internasional (IAAF). Ia terlempar begitu saja dari kontingen India saat pesta olahraga negara-negara persemakmuran (Commonwealth Games) di Glasgow, Skotlandia tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebabnya adalah tingginya hormon testosteron dalam tubuh Chand. Dalam aturannya, IAAF membedakan seorang atlet itu pria atau perempuan tak hanya dari bentuk fisik, juga tingkat hormonnya.

Namun, seperti dikutip dari harian International New York Times, dalam keputusannya hakim pengadilan mempertanyakan manfaat dari hormon testosteron terhadap seorang atlet perempuan.

Hal itu pun membuat IAAF harus memberikan jawaban berupa bukti ilmiah yang lebih spesifik hingga masa dua tahun.

Keputusan hakim itu membuat Chand dan para atlet perempuan lain yang juga mengalami hiperandrogenism mendapatkan cahaya cerah di balik awan kelabu.

"Apa yang saya alami tahun lalu tidaklah adil," demikian pernyataan Chand yang diwakili kuasa hukumnya dari Toronto. "Saya memiliki hak untuk lari dan berkompetisi. Tetapi hak saya dicabut. Saya dituduh atas hal yang tak bisa saya salahkan. Saya senang tak akan ada lagi atlet perempuan lain yang akan menghadapi apa yang pernah saya hadapi."

Setelah sukses berjuang selama 10 bulan melawan kebijakan IAAF tersebut, dengan kepala tegak, Chand dapat kembali melanjutkan latihannya.

Kini, seperti dikutip dari situs berita India, DNA, Chand merasa kehidupannya seolah dilahirkan kembali. Ia pun berharap dapat sukses di kualifikasi dan berkompetisi dalam ajang Olimpiade 2016 di Rio de Jainero, Brasil.

"Beberapa bulan yang lalu begitu menyakitkan, dimana saya harus membuktikan kepada negara saya bahwa saya seorang perempuan, bukan laki-laki," kata Chand.
 
Chand sendiri terus berlatih selama menunggu persidangan CAS dalam sepuluh bulan terakhir. Kurun waktu tersebut, diakui Chand, dia merasakan diskriminasi terhadap dirinya terkait tuduhan atas dirinya.

"Teman-teman saya bertanya kepada saya apa yang salah dengan badan saya, mereka mulai menghindari saya. Selama pelatihan, dimana para perempuan lain menggunakan ruang ganti bersama, saya dipisahkan," ujar Chand menceritakan kenangan pahitnya tersebut. (kid/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER