Jakarta, CNN Indonesia -- Jika pemuda berusia 22 tahun pada umumnya menjalani kesehariannya di lingkungan kampus, kantor, atau menikmati masa muda mereka, seorang Rio Haryanto lebih sering bermain dengan kecepatan dan memacu kendaraan di lintasan balap.
Pebalap kelahiran Surakarta itu mengorbankan masa mudanya untuk mengejar prestasi di dunia balap profesional -- dunia yang kini mengantarkannya mendekati dunia Formula Satu (F1).
Setelah tiga musim berlaga di Seri GP2, penampilan Rio meningkat tajam pada musim keempat. Bersama tim Campos Racing, Rio kini berada di peringkat kedua klasemen pebalap sementara dengan 109 poin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Rio, pengorbanan ini setimpal dengan hasil yang ia dapatkan.
"Saya merasa, dibandingkan dengan anak muda lainnya, saya harus mengorbankan waktu, kerja keras, dan waktu bersenang-senang lebih sedikit. Sangat minim," ujar Rio ketika berbincang-bincang dengan CNN Indonesia, Sabtu (1/8).
"Tetapi saya senang melakukan ini semua, sehingga tak pernah ada rasa terpaksa. Karena ini adalah apa yang saya inginkan."
Satu pengorbanan lain yang harus dilakukan oleh Rio adalah berpisah ribuan kilometer dengan keluarganya. Namun batasan jarak tak membuat ibunda Rio, Indah Pennywati, urung mendukung mimpi puteranya tersebut.
"Dulu saat dia (berbasis latihan) di Inggris masih sering pulang, tetapi sekarang di Spanyol jarang pulang," ujar Indah. "Tapi kita sering berhubungan baik melalui telepon ataupun skype."
"Tapi selama dia menikmati semuanya, kami akan mendukung. Saya juga sering berpesan padanya untuk doa yang khusyuk dan menjaga fokusnya selama balapan."
Pengaruh KeluargaKecintaan Rio terhadap dunia balapan tak lepas dari keluarga yang mengenalkannya balapan sejak kecil. Ayah dan paman Rio memang seorang pebalap sehingga sedari kecil ia terbiasa melihat mobil yang dipacu hingga ke batas maksimum.
"Mungkin jika keluarga tidak memberikan jalan atau bukan tidak menyukai balapan, profesi saya saat ini mungkin berbeda," ujar Rio.
"Jadi keluarga yang memberikan
taste awal (dunia balapan), sehingga akhirnya saya mulai menyukainya, mendalaminya, dan kini tinggal selangkah lagi menuju F1."
Pengakuan serupa juga terlontar dari ibunya, yang juga juga telah 'terlatih' menahan rasa cemas ketika buah hatinya memacu kendaraan berkecepatan tinggi.
"Pasti itu (merasa takut)," ujar Indah tertawa. "Tapi Rio sudah dari kecil balapan, sejak dari usia enam tahun."
"Jadi saya sudah lama di-
training hatinya untuk selalu deg-degan. Saya hanya bisa selalu mendoakannya agar diberi keselamatan dan terhindar dari kejadian yang tak diinginkan."
 Pebalap GP2 Indonesia, Rio Haryanto, bersama ibu Indah Pennywati, Sabtu (1/8), Jakarta, Indonesia. (CNN Indonesia/Martinus Adinata) |
Lebih Kencang LagiDengan tiga gelar juara di Bahrain, Australia, dan Inggris pada musim ini, Rio saat ini diakui Indah sedang berada dalam radar tim F1, meski ia belum mau mengungkapkan tim mana yang berminat merekrut anaknya itu.
Kini dengan karier yang semakin menanjak, Rio juga berharap dirinya suatu saat dapat mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, serta mengharapkan dukungan dari tanah air.
Apalagi, dukungan pemerintah terhadap pebalap muda ini juga masih dirasa kurang. Berlanglang buana ke berbagai negara, Rio dan tim hanya mengandalkan dana dari sponsor dan kocek sendiri untuk menutupi seluruh biaya -- dana sponsor, diakui Indah, hanya menutupi sekitar 70 persen biaya operasional.
Namun, Indah berkata bahwa hal ini menjadi beban tim dan ia tidak ingin agar Rio terlalu terpengaruh dengan masalah keuangan.
Rio pun memilih untuk berkonsentrasi di dunia balap, menginjak pedal gas lebih kencang untuk meraih prestasi yang lebih tinggi.
"Saya hanya memikirkan bagaimana caranya agar bisa lebih kencang lagi," ujar Rio ketika ditanyai apa yang ia rasakan ketika berada di dalam kokpit.
"Saya hanya memikirkan bagaimana melewati pebalap lain, bagaimana mengambil tikungan lebih cepat. Saya ingin menjadi lebih cepat lagi."
(vws)