Atletik Diguncang Skandal Doping Terbesar Sepanjang Sejarah

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Senin, 03 Agu 2015 15:02 WIB
Seorang whistleblower membocorkan data lebih dari 12 ribu hasil tes darah atlet atletik dan mengklaim setidaknya 800 atlet memiliki hasil mencurigakan.
Atlet lari jarak jauh papan atas dunia dituduh menggunakan doping. (REUTERS/Lucy Nicholson)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dunia atletik kembali diguncang skandal doping setelah muncul klaim bahwa lebih dari sepertiga atlet peraih medali Olimpiade dan Kejuaraan Dunia memiliki hasil tes darah yang "mencurigakan."

Melalui data yang didapatkan The Sunday Times dan juga media penyiaran Jerman ARD/WDR, 55 medali emas Olimpiade diklaim dimenangi para peserta yang memiliki hasil tes doping meragukan.

Hasil tes itu kemudian diperiksa ahli doping asal Australia, Michael Ashenden dan Robin Parisotto, dan keduanya menyimpulkan setidaknya 800 atlet yang mayoritas berkompetisi di ajang ketahanan (endurance) seperti 800 meter atau maraton, memiliki hasil tes darah yang "menunjukkan adanya pengaruh doping atau setidaknya menunjukkan ketidaknormalan".

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Media Inggris tersebut mengklaim memiliki data lebih dari 12 ribu hasil tes darah dari lebih dari lima ribu atlet. The Sunday Times juga mengatakan bahwa hal ini adalah "kebocoran hasil tes darah terbesar sepanjang sejarah olahraga."

Menurut The Sunday Times, peristiwa ini juga menunjukkan "tingkat kecurangan luar biasa" oleh atlet papan atas di ajang olahraga dunia.

Data-data itu juga memunculkan klaim bahwa lebih dari sepertiga pemecahan rekor tercepat di dunia dilakukan oleh atlet yang hasil tes darahnya menimbulkan kecurigaan.

"Sebelumnya saya tak pernah menemukan hasil tes darah dengan hasil abnormal dalam level seperti ini," kata Parisotto seperti dikutip dari CNN Internasional.

Data-data tersebut dimiliki oleh Federasi Asosiasi Atletik Internasional dan dibocorkan oleh seorang whistleblowers. Data-data ini dimunculkan dalam acara dokumenter yang disiarkan ARD berjudul Top Secret: The Shadowy World of Athletics.

Pada Desember 2014, ARD juga pernah menampilkan film dokumenter yang menyoroti program atletik Rusia. ARD mengklaim bahwa pelatih-pelatih Rusia menggunakan doping secara sistematis kepada anak didiknya. Tuduhan itu dibantah oleh otoritas Rusia.

Merespons kebocoran data, presiden anti doping dunia (WADA), Sir Craig Reedie, berkata: "Wada sangat terganggu dengan adanya tuduhan baru yang dikeluarkan oleh ARD, yang, sekali lagi, akan mengguncang atlet-atlet bersih di seluruh dunia."

"Tuduhan ini butuh diperiksa secara rinci dan menyeluruh untuk menentukan apakah telah melanggar Kode Anti-Doping Dunia, dan jika iya, aksi apa yang harus diambil oleh Wada dan badan lainnya," kata Reedie seperti dikutip dari The Independent.

Ia juga mengatakan bahwa Komisi Independen Wada akan menyelidiki klaim tersebut dan berkomitmen untuk melakukan yang perlu untuk memastikan adanya ajang bersih bagi atlet-atlet di seluruh dunia.

The Sunday Times menyatakan bahwa tidak ada medali yang telah ditarik dari para atlet. Surat kabar itu juga menyatakan bahwa tujuh atlet Britania Raya juga memiliki hasil tes darah mencurigakan dengan satu di antara mereka adalah pesaing papan atas.

Namun data itu menyatakan tidak ada hal abnormal dari uji tes darah Mo Farah, pelari jarak jauh Inggris yang sedang dalam sorotan karena pelatihnya, Alberto Salazar, dituduh menggunakan doping untuk anak pelarinya.

Dua Calon Ketua IAAF Bersuara 'Pelan'

Selain Wada, dua calon ketua IAAF juga bersuara atas skandal doping tersebut.

Lord Sebastian Coe dari Inggris dan Sergey Bubka dari Ukraina akan bertarung dalam pemilihan ketua federasi atletik di Beijing, dua minggu nanti. Satu di antara mereka akan menggantikan Lamine Diack, presiden IAAF yang telah menjabat sejak 1999.

Tapi keduanya tidak mau bersuara keras terhadap IAAF atas temuan ARD dan The Sunday Times tersebut.

"Dibandingkan federasi-federasi lainnya, kami telah menanamkan uang paling besar untuk merancang inovasi baru dalam menangkap atlet yang berbuat curang," kata Bubka yang menghadiri Kongres Olimpiade Internasional di Kuala Lumpur seperti dikutip dari The Times.

"Jika kami perlu untuk memperkuat peraturan dan regulasi kami, maka kami akan melakukannya. Kami akan terus bekerja sama dengan Wada, dan kami akan terus bekerja sama dengan IOC. Sikap tegas kami adalah nol toleransi dan melindungi atlet."

Sementara itu, Coe yang berada di Rumania untuk menghadiri kejuaraan Balkan, menyampaikan responsnya melalui Twitter.

"Saya tahu IAAF menanggapi tuduhan ini secara serius dan akan mengeluarkan respons yang detail dan menyeluruh. IAAF juga akan terus bekerja sama, seperti yang telah berlangsung sebelumnya, dengan WADA."

Klaim yang muncul berdasarkan temuan data:

  • Sepertiga medali dari ajang ketahanan di Olimpiade dan Kejuaraan Dunia pada periode waktu 2001 an 2012 -- termasuk 55 emas-- dimenangi atlet dengan hasil uji darah "mencurigakan".
  • Banyak atlet mengambil risiko "kematian" atau "mengalami kerusakan tubuh" dengan menggunakan transfusi darah atau EPO, hormon yang disuntikkan ke dalam darah.
  • Beberapa atlet Britania Raya --termasuk Jessica Ennis Hill-- kalah dalam perebutan medali dari pesaing yang tes darahnya mencurigakan.
  • Seorang atlet terkemuka asal Inggris termasuk ke dalam tujuh orang yang dicurigai.
  • Mo Farah dan Usain Bolt memiliki hasil tes darah normal dan tidak dicurigai.
  • Lebih dari 80 persen medali yang dimenangi Rusia diperoleh atlet dengan setidaknya satu hasil uji darah mencurigakan.
  • 18 medali emas yang diperoleh atlet Kenya menimbulkan kecurigaan.
(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER