Jakarta, CNN Indonesia -- Stadion Olimpico Roma memiliki arti spesial bagi Lionel Messi. Pada 2009 lalu, di stadion itulah ia menanduk bola hasil umpan silang Xavi Hernandez ke gawang Manchester United di final Liga Champions. Barcelona kemudian keluar menjadi pemenang dan merebut gelar
treble pertama mereka sepanjang sejarah.
Ketika Barcelona kembali datang ke stadion itu pada Rabu (16/9) untuk bertemu dengan AS Roma pada pertandingan Grup E Liga Champions, Messi juga kembali mengalami momen spesial yaitu menjalani pertandingan ke-100 di Liga Champions.
Tapi tidak ada pesta untuk Messi kali ini. Meski bermain dominan,
Blaugrana hanya pulang dengan mengantongi satu angka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Messi yang baru saja dilampaui oleh Cristiano Ronaldo sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Champions juga gagal mengoyak gawang Roma yang dikawal Wojciech Szczesny (kemudian Morgan De Sanctis di babak kedua).
Total gol Messi tertahan di angka 77, terpaut tiga gol dari Ronaldo yang mencetak
hattrick ketika Real Madrid membenamkan Shakthar Donetsk satu hari sebelumnya.
Hari spesial Messi itu rusak karena satu gol spektakuler yang dilesakkan Alessandro Florenzi. Menggiring bola di sayap kanan, Florenzi yang melihat kiper Barcelona Marc-Andre Ter Stegen keluar dari posisinya, kemudian mengirimkan bola melambung yang bersarang di gawang Barcelona.
Gol tersebut membuat Roma sukses menyamakan kedudukan setelah Luis Surarez sempat membawa Barca unggul 1-0 di menit ke-21.
Florenzi menyambut gol itu dengan emosional. Seolah tak percaya telah mencetak gol spektakuler --yang dikatakan ESPN sebagai salah satu kandidat gol terbaik tahun ini-- ia menunjukkan wajah terperangah dan kemudian menutup muka dengan kedua tangannya.
"Itu gol yang hebat. Anda bisa melihat wajah saya setelahnya. Saya memegangi muka setelah melihat bola masuk ke gawang, karena hal tersebut jarang sekali terjadi," kata Florenzi seperti dikutip dari
La Gazzetta Dello Sport.
Pangeran RomaBagi setiap pemain, mencetak gol indah ke gawang Barcelona tentu akan membawa kesenangan tersendiri. Tapi, bagi Florenzi gol tersebut memiliki arti khusus. Florenzi adalah salah satu pemain didikan akademi Roma yang tersisa di klub tersebut, selain Daniele De Rossi dan Francesco Totti.
Dengan Totti yang kini telah berusia 38 tahun dan De Rossi 32 tahun, maka Florenzi yang memang lahir di Kota Abadi tersebut menjadi satu-satunya pemain lokal yang akan meneruskan darah Roma di klubnya.
Apalagi klub itu juga telah menjual pemain berdarah Roma lainnya, Alessio Romagnoli, ke AC Milan pada bursa transfer musim panas lalu.
Gol spektakuler Florenzi juga seolah menandakan bagaimana pemain 24 tahun itu sukses beradaptasi untuk merebut satu tempat di tim inti Roma.
Meski saat ini memegang peran sebagai seorang bek kanan, Florenzi memulai kariernya sebagai gelandang tengah. Di era Luis Enrique pada musim 2011/2012, ia kemudian lebih sering ditempatkan menjadi penyerang sayap.
Kedatangan Rudi Garcia untuk menggantikan Enrique sebagai pelatih kemudian mengubah segalanya. Garcia membawa mantan pemain kesayangannya di klub Lille, yaitu Gervinho, untuk menempati posisi Florenzi sebagai pemain sayap kanan.
Musim ini, Florenzi juga tidak mendapatkan tempat di trisula 4-3-3 milik sehingga ia harus bertransformasi menjadi seorang bek kanan. Akan tetapi Florenzi menajalani transformasi perannya itu dengan sempurna.
Melawan Barcelona, Florenzi memperlihatkan kemampuannya baik dalam menyerang maupun bertahan. Selain mencetak gol, Florenzi menjadi pemain dengan total tekel, intersepsi, dan menghalau bola terbanyak di tim Roma.
Situs penyedia data
Whoscored juga memberikan rating bertahan paling tinggi untuk Florenzi (8,3) yang pada pertandingan itu berhadapan langsung dengan Neymar. Sementara itu, gol tersebut memperlihatkan Florenzi belum kehilangan instingnya untuk memanfaatkan celah sekecil apa pun.
Semasa masih bermain sebagai penyerang sayap, Florenzi sering menunjukkan kemampuan untuk mengeksekusi peluang-peluang sulit. Salah satunya berbuah gol tendangan salto ke gawang Genoa pada 24 Mei 2014 lalu -- satu gol yang memastikan Roma mendapatkan satu tiket ke Liga Champions.
Seusai laga melawan Barcelona, De Rossi bahkan mengatakan Florenzi sebagai salah satu calon bek kanan terbaik di dunia.
"Saya telah mengatakannya selama bertahun-tahun bahwa ia bisa menjadi salah seorang pemain terbaik," kata De Rossi. "Dan ia memiliki mental untuk meraih hal itu."
Jalan masih terbentang panjang untuk Florenzi mewujudkan kata-kata De Rossi, namun satu gol di Stadion Olimpico itu setidaknya memastikan dirinya bisa merebut hari spesial tersebut dari tangan Messi.
(vws)