Sosok Ayah di Balik Ayunan Raket Serena Williams

Dika Dania Kardi | CNN Indonesia
Sabtu, 19 Sep 2015 09:28 WIB
Richard Williams yang mengajari Serena Williams mengayun raket sejak usia tiga tahun menjadi salah satu orang terpenting dalam karier Serena.
Richard Williams adalah ayah dari Serena dan Venus. Ia yang mengajari kedua putrinya mengayun raket. (Ken Levine/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Andai saja Richard Williams tak menyaksikan permainan tenis Virginia Ruzici di layar televisi, baik Venus maupun Serena mungkin tak akan kita kenal sebagai petenis profesional elite saat ini.

Akibat menyaksikan petenis perempuan asal Rumania di dekade 1970-an itulah Williams kemudian bertekad anak-anaknya akan menjadi petenis profesional. Ia lalu membuat sebanyak 78 halaman rencana kerja dan mulai memberi pelajaran tenis kepada kelima putrinya sejak mereka masih balita -- Serena adalah yang paling bungsu.

Richard kemudian memborong semua peralatan tenis, mulai dari raket, bola, video-video teknik memukul, dan bahkan peralatan kebugaran untuk anak-anaknya. Setiap hari pukul enam pagi ia akan mengajak Isha, Lyndrea, Yetunde, Venus, dan Serena untuk berlatih di lapangan Compton, salah satu distrik paling berbahaya di Los Angeles, Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kegigihan Richard dalam mendidik putri-putrinya tersebut bahkan sampai melahirkan suatu hikayat: Venus dan Serena harus tiarap di lapangan tenis jika mendengar suara bisingan peluru dari perang antar-gangster yang terjadi di lingkungan sekitar, namun kemudian mereka melanjutkan latihannya kembali.

Isha dan Yetunde dengan cepat menyerah dan tidak ingin menjadi petenis. Hal ini berbeda dengan Venus yang memang menyukai dunia raket yang dikenalkan Richard padanya. Serena? Ia selalu ingin mengikuti kemana pun Venus pergi, sehingga memilih terjun ke dunia tenis.

Venus dan Williams kemudian tumbuh besar menjadi petenis profesional. Tak heran jiwa kompetisi antara Venus dan Serena yang dua tahun lebih muda darinya itu terpupuk sejak kecil.

Di level profesional, kakak beradik itu telah bertanding sebanyak 27 kali. Terakhir, keduanya bertanding di babak perempat final Amerika Serikat (AS) Terbuka. Pertandingan itu dimenangi Serena yang kemudian melangkah ke semifinal AS Terbuka. Sayang di semifinal, Serena justru dikalahkan petenis Italia, Roberta Vinci.

Kembali ke dalam persaingan dalam keluarga Williams, dari 27 pertandingan itu Serena memimpin atas Venus 16-11. Di antara itu kedua kakak beradik itu bermain di final grand slam sebanyak delapan kali, Serena menang enam kali.

Tuduhan Mengatur Pertandingan

Richard sendiri tak pernah kehilangan gairahnya untuk dunia tenis. Kemana pun Venus dan Serena bertanding, ia akan selalu mendampingi keduanya dan memberi aturan-aturan ketat. Tak ayal kabar tak sedap pun berembus bahwa Richard kerap meminta Venus mengalah kepada Serena jika keduanya bertemu.

Salah satu kisah paling memilukan terjadi di Indian Wells pada 2001. Keluarga Williams menerima cemoohan penonton sepanjang pertandingan karena Venus, mengundurkan diri dari partai semifinal melawan Serena hanya 20 menit sebelum pertandingan berlangsung. Mereka mengira Richard mengatur agar Venus pura-pura cedera lutut untuk membiarkan sang adik menang.

Peristiwa tersebut membuat Serena dan Venus tak mau lagi bertanding di Indian Wells hingga 14 tahun ke depan.

Terlepas dari berbagai kesulitan yang mereka hadapi, kegigihan Richard mampu membuahkan kesuksesan bagi putri-putrinya.

Titel mayor pertama Serena ia dapat pada 1999, dan karier grand slamnya komplet pada 2003 silam. Dan, kemenangan Serena di ajang Wimbledon 2015 telah menjadikan dirinya menjadi juara Grand Slam tertua di era Turnamen Terbuka.

"Ketika saya pertama kali berbicara tentang Venus dan Serena, tak ada satu pun yang percaya tentang ini semua. Tetapi saya tidak pernah membayangkan akan sejauh ini. Tidak ada satu pun di keluarga yang bisa melakukan ini," ujar Williams seperti dilansir NY Times.

Ketika Serena kalah secara mengejutkan di semifinal AS Terbuka 2015, Richard pun terpukul.

Beberapa saat sebelumnya, dalam jumpa per jelang turnamen AS Terbuka 2015, Serena menyatakan ayahnya sebagai pelatih terbaik yang pernah ia miliki.

"Jika kita bicara jumlah, dia memiliki banyang (gelar Slam) dan dia hanya punya dua pemain. Bayangkan jika dia punya tiga," kata Serena berseloroh.

"(Williams) adalah orang yang paling penting dalam karier saya. Saya rindu ayah saya, sungguh," kata Serena seperti dilansir NY Post. (vws)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER