Jakarta, CNN Indonesia -- Jika tak banyak orang yang menjadi seorang atlet cabang olahraga populer seperti sepak bola atau bulutangkis, maka bagaimana dengan nasib olahraga seperti bela diri?
Bukan hanya jauh dari kata glamor, menggantungkan hidup dari dompet hadiah bertarung dari satu ring ke ring lainnya pun menghadirkan risiko tersendiri jika para atlet tak pandai benar mengatur keuangan.
Ancaman finansial seperti ini juga dimengerti benar oleh Mario Satya Wirawan, seorang atlet profesional pendatang baru seni bela diri campuran atau Mix Martial Arts (MMA) asal Bogor yang akan bertanding di ajang ONE Championship pada 27 September mendatang di Istora Senayan Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengakui bahwa akan sulit bagi seorang atlet seni bela diri campuran jika menghabiskan seluruh waktunya untuk olahraga tersebut jika tidak memiliki modal cukup. Beruntung bagi dirinya, ia memiliki sebuah gym yang menyokong kebutuhan finansialnya.
"Kalau tidak ada pertandingan, saya latihan di sini. Ada pemasukan juga dari ngajar dan buka kelas, masih kurang sih sebetulnya," kata Mario ketika ditemui CNN Indonesia di sasananya, Senin siang (14/9).
Mario memiliki tempat latihan seni bela diri campuran yang terletak di Jalan Binamarga I Nomor 1 Bogor Timur bernama Association of Sports and Training Arts (ASTA). Di sana ia membuka tarif latihan per pertemuan sebesar Rp 60.000 sampai Rp 150.000.
Harga tersebut menurutnya terbilang murah jika dibandingkan dengan tempat-tempat latihan di Jakarta yang berkisar Rp 700.000 per 10 pertemuan. Di mata Mario, mahal tidaknya tempat latihan juga mempengaruhi banyaknya atlet yang terlibat dalam seni bela diri campuran di Indonesia selain faktor pemasukan.
"Karena punya sendiri, saya bisa hampir setiap hari latihan. Ditambah seminggu dua kali latihan di jakarta," ucap Mario. "Omset tempat saya 20-30 juta per bulan, tapi nanti itu dibagi-bagi lagi untuk bayar sewa tempat dan pegawai. Saya sendiri dapat 15 jutaan."
Dengan porsi latihan yang cukup dan juga kondisi keuangan yang terjamin, dalam beberapa tahun ke belakang Mario mulai menjajal dunia seni bela diri campuran.
Namanya memang belum tenar di tanah air, namun ia kini telah menjadi satu dari dua atlet terbaik Indonesia yang berhasil masuk syarat ketat ajang tahunan ONE Championship, ajang MMA terbesar di Asia.
Bela diri campuran sendiri adalah seni bela diri yang mengkombinasikan beberapa jenis bela diri. Di Indonesia, kepopuleran olahraga ini baru muncul beberapa tahun terakhir dan keberadaan para atletnya pun masih banyak yang belum tercium oleh media. Masyarakat lebih mengenal MMA dari layar televisi, melalui bintang-bintang dunia seperti Connor McGregor atau Rhonda Rousey.
Meski berasal dari jenis olahraga yang kurang populer di Indonesia, kecintaan Mario terhadap seni bela diri campuran membuat dirinya bertahan hingga detik ini. Hanya saja masih ada beberapa hal yang mengganjal bagi dirinya, salah satunya adalah minimnya kompetisi.
"Kalau di tingkat lokal saja, mungkin hanya ada dua organisasi dan masing-masing organisasi membuat satu kali event setahun. Kalau sedang bagus bisa sampai tiga event setahun, sebetulnya kendalanya ada di kompetisi yang kurang jalan," kata Mario.
"Dan dengan kompetisi yang kurang berjalan maka
exposure terhadap olahraga tersebut jadi kurang. Dengan
exposure kurang, penonton juga kurang, kemudian peminat kurang, pendapatan organisasi penyelenggara tersebut kurang karena tidak ada sponsor, dan lain-lain."
Dalam pertarungannya di ONE Championship, Mario mengatakan bahwa para petarung baru akan mendapat US$1.000 dolar setiap kali bertanding dan jika menang mendapat US$1.000 dolar tambahan.
Mario mengungkapkan bahwa nilai ini lebih besar ketimbang yang diberikan organisasi lokal yang menghadiahi para petarung Rp2 juta untuk setiap pertandingan.
Merantau ke Negeri OrangMemiliki sasana dan bergelut di dunia bela diri, Mario mengaku bahwa hal ini tidak menjadi cita-citanya sejak kecil.
Sewaktu kecil, ia lebih tertarik bermain bola ketimbang belajar ilmu bela diri. Ia pun bukan anak yang sering berkelahi dengan teman seumurannya.
Laki-laki yang sekarang berusia 30 tahun ini mulai belajar ilmu bela diri sejak 2011 saat ia berusia 21 tahun. Ketertarikannya untuk mencoba terjun lebih dalam adalah karena sifatnya yang suka berkompetisi.
"Perasaan saya awalnya takut (bertarung), tapi lama-lama saya menemukan keseruannya," kata Mario yang pertama kali merasakan pertarungan pertamanya di Malaysia pada 11 September 2011 silam. Dalam dua pertarungan di turnamen perdananya tersebut, ia mencatat 1 kali menang angka dan 1 kali KO.
Muay Thai adalah ilmu bela diri yang pertama kali ia pelajari. Setelah beberapa bulan nyaman berlatih di Malaysia sembari menempuh studi sarjana Akutansi, sasana tempatnya berlatih ditutup sehingga ia mencari gym lain yang letaknya tak jauh dari tempat tinggal.
"Dapatlah gym boxing, kemudian saya belajar boxing. Setelah itu saya belajar Jiu Jitsu di Indonesia ketika sedang liburan, dan balik ke Malaysia belajar Jiu Jitsu lagi.”
“Kemudian saya ke Thailand belajar Jiu Jitsu yang pendekatannya lebih ke gulat/wrestling. Nah, dari situ saya baru belajar gulatnya," ujar Juara Indonesia Bad Ass Championship 2014 tersebut.
Awalnya keluarga Mario takut dengan pilihan Mario karena merasa olahraga yang digelutinya termasuk olahraga yang keras dan sadis.
"Cuma akhirnya ke sini-sini semakin mendukung karena mungkin sudah terlanjur," tutur Mario yang kegiatan sehari-harinya mengurus gym dan menjadi pelatih MMA tersebut.
Gaya bertarung juara Syena Fight 2013 tersebut kini banyak dipengaruhi oleh aspek-aspek ilmu bela diri Muaythai, Jiujitsu, Wrestling, dan Boxing, sedangkan gaya andalannya diambil dari disiplin Muaythai dan Boxing.
"Sebenarnya kalau belajar satu bela diri saja tidak masalah untuk dipakai bertanding. Cuma ada baiknya mempelajari banyak bela diri untuk mengantisipasi segala kemungkinan dalam pertarungan seni bela diri campuran," ucap Mario.
Pada 2013, Mario memutuskan untuk terjun sebagai petarung seni bela diri profesional. Mario sekarang juga sudah semakin ahli dengan memiliki cara tersendiri dalam membaca kemampuan lawan ketika bertarung.
"Ada proses. Awal ronde satu saya lihat kemungkinannya dia bakal ngapain. Setelah terbaca, baru ditindak," katanya.