Jakarta, CNN Indonesia -- Bukan hal mudah untuk mewujudkan niat Indonesia untuk menjadi tuan rumah MotoGP pada 2017 nanti. Direktur Sirkuit Sentul, Tinton Soeprapto, mengklaim sirkuit yang resmi dibuka pada 1993 itu membutuhkan dana hingga Rp180 miliar untuk renovasi.
Jumlah itu terbilang masuk akal. Pasalnya, Sirkuit Sentul memang butuh perombakan cukup besar. Jika dibanding dengan Sirkuit Internasional Sepang (SIC), Sentul memang jauh tertinggal.
Masalah utama yang dimiliki Sentul saat ini untuk bisa menggelar MotoGP adalah kualitas sirkuit. Dengan situasi sirkuit saat ini, maka bisa dipastikan Sentul tidak memenuhi syarat Federasi Sepeda Motor Internasional (FIM) untuk menggelar MotoGP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk bisa menggelar MotoGP ada beberapa detail yang harus disesuaikan dengan balapan dua roda. Misalnya kerb atau pinggiran trek yang rata, rumput yang aman, pasir tidak boleh bertingkat-tingkat, dan juga gravel.
Selain itu kondisi tarmac atau permukaan trek harus menggunakan aspal terbaik. Semuanya disesuaikan dengan persyaratan FIM untuk menjaga keselamatan pebalap.
Fasilitas sirkuit juga harus fokus pada keselamatan penonton. Dengan mampu menampung sekitar 130 ribu penonton, SIC sangat ramah untuk penonton.
Hampir di setiap tribun penonton terdapat toilet dan tempat beribadah umat Muslim. SIC juga menerapkan regulasi ketat terhadap penonton yang merokok dengan menyediakan tempat khusus.
Petugas keamanan sirkuit tidak segan-segan untuk menegur dan bahkan mengancam dengan hukuman denda bagi penonton yang merokok di sembarang tempat.
 Sirkuit Sepang memiliki area khusus untuk para perokok. (CNN Indonesia/Haryanto Tri Wibowo) |
Akses MudahSalah satu kelebihan SIC adalah akses yang mudah. SIC hanya berjarak sekitar 15 menit menggunakan kendaraan mobil atau sepeda motor dari Bandara Internasional Kuala Lumpur: KLIA 1 dan KLIA 2.
Butuh waktu hanya sekitar 30 menit dari pusat kota Kuala Lumpur untuk bisa sampai ke SIC. Jika Anda wisatawan asing yang ingin menyaksikan MotoGP atau Formula One (F1) di SIC, juga tidak akan kesulitan.
Ada banyak pilihan untuk bisa ke SIC. Manajemen SIC selalu melakukan kerjasama dengan pihak perusahaan bus, Rapid KL, untuk menciptakan shuttle bus dari tiga titik KLIA 2, KL Sentral, KLCC.
Dengan begitu para wisatawan asing yang ingin menyaksikan balapan MotoGP atau F1 tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk bisa sampai atau pulang dari SIC. Biaya bus Rapid KL hanya 10 Ringgit Malaysia.
Karena akses jalan ke SIC bukan jalur bebas hambatan atau jalan tol, maka banyak penonton lokal yang hadir menggunakan sepeda motor. Namun, jangan khawatir. Pengguna sepeda motor di Malaysia sangat teratur dan hanya diizinkan menggunakan jalur tertentu.
SIC juga memastikan para awak media bekerja dengan baik. Ruang media SIC bisa menampung lebih dari 600 awak media, dilengkapi dengan televisi di setiap duduknya dan akses internet yang impresif.
Dengan semua faktor penting di atas, maka tidak diragukan lagi SIC pantas menjadi satu-satunya sirkuit di kawasan Asia Tenggara yang dipercaya menjadi tuan rumah MotoGP dan F1. Sentul pun harus banyak berbenah jika ingin bisa seperti SIC.
"Saya belum pernah ke Sentul, tapi banyak berdiskusi dengan Dorna dan mereka mengatakan banyak yang harus dibenahi. Jika Indonesia berhasil menjadi tuan rumah MotoGP, maka itu akan jadi seri yang luar biasa," ujar CEO SIC, Dato Ahmad Razlan Ahmad Razali, kepada CNN Indonesia.
(har)