Sebelum Era Tiki Taka, Spanyol Hanya Punya Raul

Haryanto Tri Wibowo | CNN Indonesia
Senin, 16 Nov 2015 12:27 WIB
Salah satu pesepakbola terhebat yang dimiliki Spanyol, Raul Gonzalez, pensiun setelah 21 tahun berkarier. Bagi Spanyol, Raul lebih dari sekadar legenda.
Raul Gonzalez melalui masa-masa sulit bersama timnas Spanyol. (Getty Images/Ben Radford)
Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu pesepakbola terhebat yang dimiliki Spanyol, Raul Gonzalez, memutuskan pensiun setelah 21 tahun berkarier, Minggu (15/11). Bagi sepak bola Spanyol, sosok Raul lebih dari sekadar legenda.

Sepak bola Spanyol sempat menguasai Eropa dan bahkan dunia dalam kurun waktu enam tahun sepanjang 2008 hingga 2012 dengan merebut dua gelar Piala Eropa (2008 dan 2012) serta Piala Dunia (2010). Dominasi baru berakhir ketika Jerman merebut trofi Piala Dunia 2014.

Sejak merebut gelar Piala Eropa 2008, sepak bola meroket tajam. Selain membuat gaya permainan tiki taka terkenal, pesepakbola asal Spanyol juga semakin laku di pasaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hampir di seluruh liga terbesar Eropa: Liga Primer, Bundesliga dan Serie A, para pemain Spanyol menjadi pemain incaran. Hanya Liga Perancis (Ligue 1) yang tidak melirik pemain bintang asal Spanyol.

Raul memang bukan pemain terbaik di eranya atau mega bintang seperti Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Mantan kapten Real Madrid itu juga tidak pernah merebut gelar bersama timnas Spanyol. Namun, jika berbicara Spanyol sebelum era 2008, maka sepak bola Negeri Matador itu 'hanya' memiliki Raul.

Raul adalah segalanya bagi sepak bola Spanyol sebelum era tiki taka menjadi terkenal. Dengan konsistensi permainan dan ketajaman di lini depan, Raul menjelma tidak hanya menjadi raja sepak bola di kota Madrid, tapi juga Spanyol.

Tak Tergantikan

Anda yang tumbuh di era 1990an dan 2000an, pasti setuju sepak bola Spanyol hanya bergantung pada Raul sebelum menjadi raja Eropa dan dunia. Penyerang 38 tahun itu merupakan sosok tak tergantikan, baik di Real Madrid dan timnas Spanyol.

Nama-nama Fernando Hierro, Andoni Zubizaretta, Josep Guardiola, Luis Enrique, dan Gaizka Mendieta, memang pantas menyandang nama legenda sepak bola Spanyol. Namun, mereka tidak sepenting Raul di masa-masa sulit sepak bola Spanyol atau sebelum sukses di Piala Eropa 2008.

Bersama timnas Spanyol, Raul tidak pernah beruntung. Setelah gagal di babak grup pada Piala Dunia 1998, Raul bersama timnas Spanyol dikalahkan tim juara Perancis pada Piala Eropa 2000, kalah kontroversial dari Korea Selatan di Piala Dunia 2002, gagal di babak grup Piala Eropa 2004, dan tumbang di perempat final Piala Dunia 2006 dari finalis Perancis.

Raul merupakan penanggung beban Spanyol. Setiap La Furia Roja mengalami kegagalan di kompetisi bergengsi seperti Piala Eropa atau Piala Dunia, maka hampir pasti Raul yang akan disalahkan.

Arti penting Raul bersama Madrid juga tidak diragukan lagi. Raul sudah menjadi bagian penting Madrid pada musim 1994, ketika usianya masih 17.

Enam gelar La Liga dan tiga Liga Champions adalah pembuktian betapa pentingnya Raul bagi Real Madrid di era 1990an hingga awal 2000an. Sayang, Raul tidak mendapat perlakuan yang semestinya dari Madrid ketika dilepas Los Blancos pada 2010.

"Raul adalah Madrid, wajah klub ini dalam 25 tahun terakhir. Jika Anda menulis daftar kualitas Raul, maka Anda menulis nilai dari Real Madrid. Dia adalah Alfredo di Stefano kami masa sekarang," ujar Jorge Valdano, pelatih yang memberi Raul debut bersama El Real pada 1994.

Trofi NASL 2015 merupakan gelar terakhir Raul sepanjang 21 tahun kariernya bersama Real Madrid, Schalke 04, Al Sadd dan Cosmos. Total, mantan kapten timnas Spanyol itu tampil di 940 pertandingan dan mencetak 448 gol di level klub. (har/har)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER