China, Ladang Pertempuran Baru Duo Manchester

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Rabu, 02 Des 2015 13:05 WIB
Pertarungan panas Manchester United dan Manchester City bukan hanya terjadi di Liga Inggris, tapi juga nun jauh di timur Asia.
Manchester City dan Manchester United akan memperebutkan pasar potensial di China. (Rengga Adhiwena)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dengan populasi penduduk terbesar di dunia, otot finansial yang semakin kuat, serta menjadi negara yang gila sepak bola, tak heran jika Republik Rakyat China menjadi anak emas klub-klub Eropa.

Mereka kini dianggap menjadi pasar paling potensial di dunia, selain Amerika Serikat dan juga Asia Tenggara. Pada Juli lalu tiga raksasa Eropa yaitu Real Madrid, Bayern Munich, serta Internazionale Milan, pun singgah di China untuk mempertontonkan aksi pemain-pemain terbaik mereka.

Di tahun-tahun sebelumnya, Manchester United, Arsenal, Liverpool, dan Barcelona juga pernah memainkan pertandingan pra musim di negara tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Langkah ini juga yang dianggap strategis oleh Manchester City.
Meski disokong oleh pemilik klub terkaya di dunia, Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, yang mengindikasikan bahwa mereka tidak kekurangan uang, City rela melepas 13 persen sahamnya kepada dua perusahaan asal China yaitu China Media Capital (CMC) dan juga Citic Capital.

Suntikan dana segar dari penjualan saham ini akan membantu City di bursa transfer, tapi mereka membidik sesuatu yang lebih besar lagi: menguasai pasar paling potensial di dunia sepak bola.

Langkah-langkah City ini bukannya gampang terlaksana. Mereka harus berebut pasar dengan tetangga mereka sendiri, Manchester United, sebagai 'penguasa' yang lebih dulu ada.

Menurut Vincent Chan, manajer konsultan grup olahraga yang berbasis di China, Mailman, Manchester United menjadi klub yang paling sukses berinteraksi dan membangun basis pendukung lewat media sosial.

Hal ini menjadi penting karena China memang menerapkan pembatasan akses pada media sosial buatan negara barat. Berbeda dengan penduduk dunia lainnya, para penggemar sepak bola di China tak mengenal Twitter, Facebook, dan Instagram.

Kesuksesan MU menaklukkan media sosial China juga tercermin lewat jumlah pendukung mereka di Weibo, situs microblogging semacam Twitter. Di antara klub-klub Eropa lain, MU memegang jumlah pendukung terbanyak yaitu sebanyak 13 juta.

Berada di tempat kedua adalah Manchester City yang kini memiliki 9,6 juta pendukung di Weibo, sementara Barcelona di peringkat ketiga dengan 7,6 juta.
Ancaman Manchester City

City patut berbesar hati karena pengusaha di balik pembelian 13 persen saham mereka adalah seorang taipan media yang sangat andal, Li Ruigang.

Ia adalah orang yang membidani kelahiran China Media Capital, perusahaan yang kini memegang hak siar tim nasional China dan Liga Super China. Dikenal sebagai Rupert Murdoch dari Asia, Li telah mengenal benar denyut nadi para pembaca dan pengguna media sosial di China.

Selain soal media sosial, satu kunci penting untuk City menaklukkan China adalah kesuksesan di atas lapangan.

Menurut laporan Mailman, seperti dikutip dari The Guardian, "Hubungan antara mengembangkan basis penggemar dan kesuksesan sangat terlihat di China. Tanpa keterkaitan langsung dengan klub-klub Eropa, maka faktor yang akan membuat satu klub tampak menarik di mata publik China adalah klub harus sukses mengoleksi berbagai piala."

Dalam soal prestasi ini, Manchester United lebih unggul.

Namun dengan pembelian pemain yang tepat, yang bisa mengantarkan mereka ke tangga juara sekaligus memiliki nilai jual tinggi, City bisa saja mengancam keberadaan United sebagai klub paling populer.

Satu hal yang pasti, China kini akan menjadi ladang pertempuran baru dua klub dari Manchester itu.
(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER