Jakarta, CNN Indonesia -- Joseph 'Sepp' Blatter memang tak lagi berkuasa di FIFA, menyusul sanksi larangan aktif di sepak bola selama delapan tahun, oleh Komite Etik FIFA. Namun, hukuman itu rupanya tak lantas membuatnya setop menerima uang dari induk organisasi sepak bola dunia yang dipimpinnya sejak 1998 silam.
Seperti dilansir Reuters, pihak Komite Audit dan Kepatuhan FIFA membenarkan bahwa pria berusia 79 tahun itu masih menikmati uang dari organisasi yang telah tak lagi dibesutnya itu.
Blatter resmi dijatuhi sanksi selama 90 hari pada 8 Oktober tahun lalu, kemudian ditambah lagi dengan larangan aktif di pertandingan selama delapan tahun, akibat dugaan suap 2 juta dolar AS (sekitar Rp 13,9 miliar) yang mengalir dari bos UEFA, Michel Platini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti disampaikan juru bicara Komite Audit dan Kepatuhan FIFA, Andreas Bantel, Blatter masih berhak menerima bayarannya selama presiden baru FIFA belum terpilih pada 28 Februari nanti. Artinya, pria kewarganegaraan Swiss itu sudah dan masih merasakan "gajinya" selama hampir lima bulan, meski sanksi sudah dijatuhkan sejak awal Oktober lalu, dan menunjuk Issa Hayatou sebagai
acting Presiden FIFA.
Sebelumnya, komite yang mengawasi keuangan FIFA itu sempat menyatakan bahwa bisa saja bayaran Blatter disetop menyusul statusnya yang sudah tak lagi memimpin FIFA.
"Tapi berdasarkan kontraknya, Blatter masih sebagai presiden terpilih sebelum pemilihan presiden (FIFA) pada 28 Februari mendatang. Untuk itu, ia masih berhak menerima remunerasi (dari FIFA)," demikian Bantel menyampaikan keterangannya kepada Reuters. Hanya, pihaknya merahasiakan kisaran "gaji" yang diterima Blatter per bulannya.
Tepatnya bulan lalu, FIFA mengumumkan pemecatan Jerome Valcke dari posisinya sebagai Sekretaris Jenderal induk sepak bola dunia itu. "Tugas pengawasan dijelaskan secara eksplisit dalam perjanjian pembayaran bonus. Komite kompensasi untuk itu memutuskan dalam pertemuan terakhir agar tidak memberikan bonus pembayaran kepadanya lagi ke depannya," ujar Bantel
Pertengahan 2015 silam tampaknya menjadi kasus korupsi terburuk di FIFA yang berhasil terungkap. Total sekitar 41 orang dijadikan tersangka kasus korpusi dan suap, termasuk sederet nama mantan pejabat FIFA terlibat dan ikut disidang di Amerika Serikat. Bukan tak mungkin pula mereka yang terlibat akan menghadapi sidang paralel di Swiss.
(bac)