Federer vs Djokovic XLV: 'Final' Sebelum Final

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Kamis, 28 Jan 2016 11:42 WIB
Roger Federer lagi-lagi bertemu dengan Novak Djokovic. Dengan sama-sama telah meraih 22 kemenangan, siapa jadi pemenang partai ke-45 kali ini?
Roger Federer akan bertemu dengan Novak Djokovic di partai semifinal Australia Terbuka. (Reuters / Toby Melville)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada mulanya adalah Roger Federer versus Rafael Nadal. Pertempuran keduanya menjadi laga yang paling dirayakan pecinta tenis di seluruh dunia. Di masa-masa itu, Novak Djokovic hanya menjadi 'kuda hitam' di peringkat tiga dunia yang berupaya menyeruak ke antara petenis Swiss dan Spanyol tersebut.

Djokovic hanya petenis yang punya potensi hebat dan menjadi raja di lapangan keras, namun sering tampil mengecewakan di tipe lapangan lainnya. Sebelum ia menjadi juara di Wimbledon 2014 dengan mengalahkan Federer, Djokovic kalah di lima dari enam partai finalnya. 

Namun seiring dengan tubuh Nadal (terlalu) sering dimakan cedera, dan Djokovic yang berubah menjadi tembok kokoh bermain dari belakang baseline, Djokovic kontra Federer menjadi pertarungan elit paling kompetitif dalam dunia tenis saat ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keduanya telah bertemu 44 kali dan berbagi jumlah kemenangan serupa: sama-sama pernah menang 22 kali. Hanya saja, Djokovic punya keunggulan belakangan ini. Dari 22 pertandingan terakhir, ia unggul 13 kali menang dan sembilan kali kalah, sementara pada 22 pertandingan sebelumnya Federer yang menang 13 kali.

Pada Kamis (28/1), keduanya akan kembali berjumpa dan melakoni laga yang ke-45. Kali ini di partai semifinal Australia Terbuka.

Besar kemungkinan ini bukan pertandingan terakhir meski kini Federer telah berusia 34 tahun. Dalam tujuh grand slam terakhir, mereka telah bertemu empat kali. Dua di antaranya di partai final.

Satu hal yang membuat pertarungan Federer kontra Djokovic semakin menarik dalam beberapa tahun terakhir adalah bagaimana permainan keduanya melambangkan ujung spektrum yang berbda.

Federer adalah petenis yang dinilai punya permainan paling indah dan paling menyerang, sementara Djokovic adalah petenis dengan kemampuan bertahan paling mengagumkan.
Novak Djokovic dan Roger Federer telah bertemu 44 kali. (Ian Walton/Getty Images)

Federer 2.0

Tak ada tanda-tanda usia 34 tahun Federer menggerogoti karier mantan petenis nomor satu dunia ini. Ia telah menemukan cara untuk mengatasi otot-ototnya yang semakin melemah. Federer menjadi super agresif. Di setiap kesempatan ia akan maju ke depan dan mengirimkan tekanan demi tekanan kepada lawannya, ketimbang mengejar bola dari satu ujung lapangan ke ujung lainnya.

Servisnya bukan yang tercepat, tapi menjadi lebih akurat dengan sudut yang mematikan. Ia juga menjadi super-efisien. Mengalahkan lawan-lawannya dengan cepat.

Secara mental, Federer bermain lebih santai dan tenang. Sebagai petenis dengan raihan 17 grand slam, ia seolah menyadari tak perlu lagi membuktikan apapun. Kehadirannya di lapangan adalah untuk menikmati permainan tenis, dunia yang telah menjadi bagian hidupnya dalam nyaris 30 tahun terakhir.

"Saya memainkan tenis yang bagus. Tenis yang menyenangkan untuk saya. Saya sangat menikmati bisa maju ke depan net seperti masa-masa dulu. Jadi saya sangat senang. Hal ini akan berarti bagi saya, tanpa ragu lagi."
Boris Becker melatih Novak Djokovic sejak akhir 2013 lalu. (Clive Brunskill/Getty Images)

Pengaruh Boris Becker

Jika Federer berubah menjadi lebih santai, maka Djokovic menjadi lebih egois. Lebih tangguh dan tidak terpengaruh oleh apapun.

Bukan rahasia lagi jika permainan bertahan Djokovic tidak disenangi penonton tenis. Ketika berhadapan dengan Nadal atau Federer, penonton lebih berpihak pada lawan Djokovic. Mereka bertepuk tangan lebih keras untuk Nadal atau Federer dan tak jarang mengganggu konsentrasi Djokovic sebelum mengambil servis.

Kehadiran Boris Becker di tim kepelatihan membantu Djokovic untuk menghadapi semua itu.

"Dalam level seperti ini, pertandingan dimenangi oleh strategi, mentalitas, dan juga keinginan yang kuat," kata Becker. "Dan inilah tugas saya."

Sebelumnya, keputusan Djokovic merekrut Becker sempat mendapat cibiran. Becker dianggap tidak memiliki kualitas untuk meningkatkan kemampuan teknik Djokovic yang memang tidak memiliki kelemahan.

Kehidupan Becker yang 'berantakan' di luar lapangan serta sikapnya yang slengean juga dianggap akan menjadi pengaruh buruk bagi Djokovic.

Tapi Becker membungkam kritik-kritik itu dengan membawa Djokovic menjuarai Wimbledon 2014 dan 2015 -- turnamen yang sulit dimenangi petenis Serbia itu sebelumnya.

Ia mengajari Djokovic caranya melakukan perang psikologis melawan Federer dan juga bagaimana menghadapi perubahan suasana hati di tengah-tengah pertandingan.

Becker juga menjadi sosok yang membangkitkan mental Djokovic setelah ia kalah dramatis dari Stan Wawrinka di final Perancis Terbuka -- dengan cara mengundang Wawrinka menjadi teman latih tanding sebelum Wimbledon.

Menghadapi Federer di partai semifinal nanti, Becker akan menyiapkan strategi lainnya untuk memastikan Djokovic merebut kemenangan ke-23. Menghadapi penonton yang kesengsem dengan Federer adalah salah satunya.

Apapun taktik yang ia siapkan, laga ke-45 antara Federer kontra Djokovic ini akan menyuguhkan pertarungan klasik yang bisa menjadi final sebelum final.

(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER