Jakarta, CNN Indonesia -- Susy Susanti hari ini tepat berusia 45 tahun. Perempuan kelahiran Tasikmalaya ini sudah 18 tahun pensiun dari dunia tepok bulu. Namun namanya tetap terus disebut sebagai pebulutangkis dengan prestasi terbaik yang dimiliki Indonesia.
Susy mengaku seperti berada di persimpangan bila melihat situasi bahwa dirinya masihlah dianggap pebulutangkis tunggal putri terbaik yang pernah dimiliki Indonesia saat ini.
"Tentu saya merasa senang dan bangga bila masih dianggap sebagai pebulutangkis tunggal putri terbaik Indonesia. Namun di satu sisi saya juga sedih karena sejauh ini belum ada lagi pebulutangkis tunggal putri yang bisa bersaing di tingkat dunia," ucap Susy kepada
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini posisi tunggal putri Indonesia tertinggal jauh dari tunggal putri negara lainnya. Bukan hanya dari negara China yang selama ini jadi kekuatan utama tunggal putri, melainkan juga tunggal putri dari negara lainnya.
Jepang punya sejumlah tunggal putri muda macam Akane Yamaguchi dan Nozomi Okuhara, India memiliki Saina Nehwal dan P.V Sindhu, Thailand punya Ratchanok Inthanon, dan Spanyol pun bahkan kini memiliki juara dunia dua edisi terakhir, Carolina Marin.
Dari gambaran peta kekuatan bulutangkis dunia saat ini, Susy mengaku sosok Nozomi merupakan salah satu sosok yang memiliki karakteristik permainan seperti dirinya.
"Kalau saya lihat pemain yang memiliki karakteristik seperti saya adalah Nozomi karena postur Nozomi pun tak terlalu tinggi seperti saya."
"Namun untuk pemain terbaik yang ada di generasi ini menurut saya adalah Li Xuerui dan Ratchanok," kata Susi menegaskan.
Situasi semakin sulit bagi Indonesia karena tunggal putri yang merajai bulutangkis dunia saat ini masih berusia muda sehingga dominasi mereka bisa berlangsung dalam waktu lama.
"Memang benar situasi saat ini cukup sulit bagi Indonesia, namun karena hal itulah Indonesia harus bekerja keras membentuk bibit-bibit tunggal putri yang mampu bersaing di level dunia."
"Saya tak tahu berapa lama lagi Indonesia bisa kembali memiliki pemain level dunia, namun tentunya yang perlu kita lakukan adalah terus bekerja keras dan mendukung para pebulutangkis Indonesia," kata Susy menegaskan.
Harapan Susy tentunya jadi harapan seluruh penggemar bulutangkis Indonesia. Waktu penantian 18 tahun untuk memiliki pemain papan atas dunia seperti Susy sudah terlalu lama bagi negara bulutangkis Indonesia.
Setelah gantung raket pada tahun 1998, Susy sendiri mengaku tidak punya banyak prediksi mengenai kekuatan bulutangkis Indonesia pasca dirinya gantung raket.
"Tentunya saya tidak bisa menebak terlalu banyak ketika itu karena saya juga tak bisa mengetahui apa yang terjadi di masa depan," tutur Susy.
Sedikit melongok ke belakang, Susy masuk ke pelatnas pada tahun 1986. Pada tahun yang sama, komet Halley terlihat melintasi bumi.
Sejak Susy masuk pelatnas, bakat besarnya sudah terlihat dan terus terasah sehingga akhirnya Susy merebut banyak gelar bergengsi mulai dari Juara Dunia, Juara All England, hingga Juara Olimpiade.
Susy jadi yang terhebat, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di generasinya.
Nomor putri Indonesia pun memasuki periode keemasan, termasuk lewat keberhasilan Indonesia memenangi Piala Uber pada tahun 1994 dan 1996.
Setelah era Susy selesai, tentunya Indonesia tak ingin menunggu 76 atau 75 tahun lagi usai tahun 1986 untuk menunggu kehadiran bintang bulutangkis berikutnya, seperti halnya warga bumi harus menunggu tahun 2061 atau 2062 untuk bisa kembali melihat komet Halley.
Semoga menunggu pewaris kejayaan Susy tak seperti menunggu datangnya komet Halley kembali melintasi bumi. Selamat ulang tahun Susy!
(ptr)