Jakarta, CNN Indonesia -- Jika membicarakan prioritas klub-klub papan atas Inggris di setiap awal musim, Piala Liga boleh jadi merupakan kompetisi yang paling terabaikan ketimbang Liga Champions, Liga Primer, maupun Piala FA.
Ketika Manchester United memenanginya pada 2006 silam, bek The Red Devils Nemanja Vidic dengan mudah memberikan medali miliknya untuk Giussepe Rossi. Sementara itu gelar Piala Liga juga tak menyelamatkan karier Kenny Dalglish kala memenanginya bersama Liverpool pada 2012 silam.
Dari tahun ke tahun, klub-klub Inggris juga lebih sering menggunakan kompetisi ini untuk memberikan menit bermain bagi pemain mudanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika melihat dari asal muasal munculnya kompetisi itu sendiri, Piala Liga memang 'ditakdirkan' sebagai kompetisi kelas kedua yang dipandang sebelah mata oleh klub-klub besar.
Bahkan keberadaan Piala Liga pada awalnya mendapatkan banyak kritikan.
Pada awal dekade 1960-an, liga Inggris dilanda krisis karena kehilangan hingga satu juta penonton dibanding musim sebelumnya. Selain itu, muncul atmosfer panas antara pihak Football League (pengelola liga) dan Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) terkait ketidaksepahaman pembagian keuntungan bagi setiap klub.
Presiden Football League kemudian mengusulkan adanya suatu kompetisi baru yang bagi klub-klub yang tersingkir dari Piala FA, yaitu Piala Liga.
Di awal sejarah kompetisi tersebut, klub-klub yang menjadi juara bukanlah klub yang memiliki tradisi kuat sebagai klub papan atas di Inggris. Aston Villa sebagai juara perdana Piala Liga masih kalah pamor dibanding Manchester United, Liverpool, maupun Nottingham Forest pada saat itu.
Namun, nilai kompetisi itu sedikit terangkat setelah Alan Hardeker (Sekretaris Liga saat itu) berhasil 'memaksa' UEFA memberikan satu tiket ke Eropa bagi klub yang berhasil menjuarai Piala Liga. Hasilnya, hingga musim 1968/69, hanya ManUtd yang menolak tampil di Piala Liga.
Hal ini berubah setelah musim 1970/71 seluruh klub di Liga Inggris diwajibkan tampil di Piala Liga, mementahkan penolakan klub-klub besar.
Liverpool kemudian menjadi sebagai klub yang paling sering merebut Piala Liga (delapan kali).
Tiket menuju Eropa yang menjadi satu-satunya daya tarik Piala Liga sempat berada dalam ancaman ketika UEFA sempat mempertimbangkan mencabut jatah itu ketika merestrukturisasi kompetisi Eropa.
Namun, Inggris berhasil mempertahankan tiket menuju Eropa dari Piala Liga, membuat Inggris bersama Perancis menjadi negara yang mampu menyediakan tiket ke Eropa dari kompetisi 'kelas kedua' di negara mereka masing-masing.
Kendati kalah pamor dibanding kompetisi top Inggris lainnya seperti Liga Primer dan Piala FA, jatah ke Eropa membuat Piala Liga masih memiliki nilai jual bagi klub-klub top Inggris.
Selain itu, satu trofi tambahan yang menghiasi kabinet trofi setiap klub tentunya juga tetap menjadi daya tarik tersendiri, yang membuat Piala Liga tetap hidup hingga saat ini.
(vws)