Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap tanggal 15 April selama 26 tahun terakhir, jarak antara stadion Anfield dan Goodison Park yang dipisahkan Stanley Park tak lagi berarti lantaran kedua klub sama-sama bersatu memperingati Tragedi Hillsborough.
Tragedi itu adalah tewasnya 96 penggemar sepak bola pada semifinal Piala FA antara Liverpool melawan Nottingham Forest di Stadion Hillsborough.
Tragedi itu adalah yang terbesar di tanah Inggris dan mengubah wajah sepak bola Britania Raya, salah satunya adalah memaksa tribun berdiri hilang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, peringatan 15 April pada Jumat ini akan menjadi kali terakhir tragedi Hillsborough dikenang secara terbuka.
Pasalnya, Hillsborough Families Support Group (HFSG) memutuskan untuk menghentikan acara peringatan itu setelah berkonsultasi dengan keluarga dan kerabat para korban.
"Total 96 (korban tewas tragedi Hillsborough) tak akan pernah dilupakan. Ini adalah upacara peringatan terakhir yang akan ditujukan untuk para keluarga secara dekat," ujar Direktur HSFG, Margaret Aspinall, Januari lalu.
"HFSG akan berterima kasih kepada setiap pihak atas segala dukungan terhadap para keluarga (korban) selama lebih dari 27 tahun dan semua orang yang menghadiri upacara (mengenang) di Anfield setiap tahunnya."
Namun, Aspinall menegaskan bahwa berhentinya peringatan Hillsborough tak akan membuat 96 suporter yang kehilangan nyawanya terlupakan.
"Kami berharap publik dan para suporter menghormati keputusan HFSG dan akan melanjutkan untuk mengenang 96 (korban) dengan cara mereka sendiri, mungkin dengan cara yang lebih privat," ujar wanita yang juga kehilangan putranya, James, dalam tragedi itu.
96 Suporter yang Pergi dan Tak Pernah KembaliTragedi Hillsborough sendiri terjadi lantaran membludaknya suporter yang ingin menyaksikan laga semifinal Piala FA itu, sehingga ketika gerbang stadion dibuka banyak suporter yang berdesak-desakan memasuki stadion.
Kondisi yang mulai ricuh itu gagal disadari dengan cepat oleh pihak keamanan, sehingga situasi itu terus berlangsung hingga pertandingan dimulai.
Namun, wasit Ray Lewis yang saat itu memimpin pertandingan akhirnya menghentikan laga tersebut setelah menyadari banyak suporter yang memanjat pagar pembatas antara tribun penonton dan lapangan untuk menghindari terhimpit di antara sesama suporter.
Hasilnya, banyak suporter yang kesulitan bernafas mulai jatuh bertumbangan. Pertolongan pertama dilakukan para suporter sendiri lantaran pihak yang berwajib masih sibuk mengatasi para suporter yang berdesak-desakan mencari udara segar.
Bahkan, lambatnya antisipasi yang dilakukan menyusul tragedi Hillsborough itu terlihat dari hanya ada 14 korban meninggal yang sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit, sedangkan sisanya tak pernah sampai ke rumah sakit.
Suporter Mencari KeadilanSetelah insiden itu, suporter Liverpool menjadi pihak pertama yang disalahkan lantaran dianggap tak mampu mengontrol diri mereka sendiri.
Salah satu media Inggris, The Sun, juga sempat mengeluarkan edisi yang mengupas tragedi itu dan menuduh para suporter The Reds memanfaatkan kericuhan itu untuk mencopet, hingga mengencingi pihak kepolisian.
Tak pelak, hal itu memicu kemarahan suporter Liverpool dan keluarga para korban, membuat slogan "Don't Buy The Sun" selalu hadir di setiap peringatan tragedi Hillsborough.
Namun, setelah penantian dan perjuangan panjang keluarga para korban dan Liverpool mencari keadilan, pemerintah Inggris pun meminta maaf.
Pada 12 September 2012, Perdana Menteri Inggris, David Cameron meminta maaf secara terbuka atas usaha polisi untuk menutupi fakta-fakta penting dalam tragedi tersebut.
"Suporter Liverpool bukanlah penyebab dari tragedi tersebut," ujar Cameron dalam pernyataannya di ruang majelis umum (Commons) Inggris.
"Penyelidik tidak menemukan adanya bukti yang mendukung tuduhan para suporter Liverpool mabuk, tanpa tiket ataupun melakukan kekerasan."
"Selain itu tidak ada bukti bahwa para suporter telah berkonspirasi untuk datang terlambat di stadion, serta tidak ada bukti bahwa mereka mencuri dari para korban."
Namun pernyataan Cameron tetap menimbulkan perdebatan tentang penyebab tragedi itu terjadi.
Hingga saat ini tidak ada satu pun pihak yang masuk penjara untuk bertanggung jawab atas tewasnya 96 orang itu.
Wajah Baru Sepak Bola InggrisDi sisi lain, Tragedi Hillsborough telah menjadi pijakan baru dalam sejarah kompetisi sepak bola di Inggris.
Sejak insiden itu, setiap suporter yang ingin menghadiri pertandingan sepak bola, tak lagi bisa sesukanya memilih bangku mereka di dalam stadion.
Kini para suporter harus duduk di tempat yang sesuai dengan tiket mereka, dan secara hukum pihak stadion juga harus mampu menyediakan kursi bagi seluruh suporter yang hadir dan memiliki tiket.
Perubahan ini terjadi setelah munculnya laporan dari Lord Taylor of Gosforth yang menyelidiki penyebab insiden Hillsborough tersebut.
Sejak laporan Taylor dipublikasi pada 1990, stadion-stadion di Inggris tak lagi memiliki tribun berdiri. Itu adalah sebuah perubahan signifikan dalam sepakbola Inggris hingga saat ini.
Dengan berakhirnya era tribun berdiri, maka era tribun-tribun ternama di Liga Primer seperti Stretford End (Man Utd), Holte End (Aston Villa), dan Kop End (Liverpool) diganti dengan kursi plastik.
Selain itu pengamanan di dalam stadion juga semakin meningkat, seperti dilarangnya alkohol, hingga menghilangkan pagar pembatas antara tribun penonton dan lapangan.
(vws)