DIY dan Sekitarnya Paling Rawan Bentrok Antarsuporter

Ahmad Bachrain | CNN Indonesia
Selasa, 24 Mei 2016 15:04 WIB
Dari fanatisme suporter, wilayah DIY yang kecil dan banyaknya klub, hingga provokasi via media sosial, menimbulkan potensi bentrokan antarsuporter di DIY.
Salah satu suporter PSS Sleman, meletakkan bunga kepada korban tewas, Stanislaus Gandhang Biswara. (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pihak kepolisian resort Sleman terus mengusut kasus bentrok antarsuporter yang menewaskan satu orang, Stanislaus Gandhang Biswara. Gandhang disebut-sebut sebagai salah satu anggota Brigata Curva Sud (BCS) yang tewas setelah bentrok dengan kelompok suporter PSIM Yogyakarta, Brajamusti, Minggu (22/5) dini hari lalu.

Bentrok antarsuporter di DIY dan sekitarnya memang kerap terjadi, terlebih ketika kompetisi kembali aktif. Nyaris setiap tahunnya selalu saja ada korban luka hingga meninggal akibat bentrok.

Pada 2014 lalu, bentrok sempat terjadi antara suporter PSCS Cilacap dengan PSS Sleman yang menewaskan suporter PSCS, Muhammad Ikhwanudin. Rombongan bus PSCS diadang salah satu suporter PSS, BCS saat menuju pulang usai menonton laga tandang timnya lawan Persis Solo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masih pada tahun yang sama, sesama kelompok suporter Persiba Bantul bahkan saling bentrok. Satu orang tewas bernama Jupiter, namun belakangan korban tewas bukan karena pemukulan, melainkan mengalami stroke di lokasi tawuran.

Presiden Brajamusti, Rahmat Kurniawan, pun tak menampik DIY dan sekitarnya sudah seperti medan perang bagi para suporter. Fanatisme yang berlebihan, diakuinya sebagai faktor sulit terbendungnya bentrok antarsuporter.

Padahal, Rahmat mengatakan bahwa upaya silaturahmi dan konsolidasi antarsuporter di DIY selalu digelar untuk mencegah potensi tawuran. "Tapi memang tetap ada saja gesekan yang sulitc dihindari," ucapnya.

"Apalagi khusus untuk di Yogya dan sekitarnya. Provinsi ini kecil, tapi ada tiga klub dengan basis pendukung yang sangat fanatik. Pasti akan selalu bertemu di jalan ketika timnya sama-sama main kandang atau tandang."

Memang, tercatat ada tiga klub dengan basis suporter besar di provinsi istimewa tersebut. Sebut saja, PSIM Yogyakarta dengan suporter mereka, Brajamusti, Persiba Bantul dengan kelompok suporternya, Paserbumi, dan PSS Sleman dengan pendukung setia mereka, Slemania.

Tiga klub itu pun masih punya lagi para pendukung garis keras. Di antaranya adalah BCS, suporter Sleman yang bentrok dengan Brajamusti, Minggu (22/5) lalu.

"Mungkin ini yang menjadikan DIY benar-benar 'istimewa' kalau urusan sepak bola. Istimewa pula fanatisme terhadap masing-masing klub."

Belum lagi, di sekitar DIY masih ada klub dengan dukungan suporternya yang sangat fanatik. Sebut saja salah satunya di wilayah tetangga ada Persis Solo yang didukung suporter fanatik, Pasoepati.

Faktor lain yang menurut Rahmat kerap menjadi pemicu tawuran antarsuporter adalah provokasi di media sosial. "Masih saja ada anggota suporter yang menelan mentah-mentah informasi di media sosial," ucapnya.

Padahal, pihaknya dari Brajamusti sudah berkali-kali mengingatkan para anggotanya untuk memilah informasi di media sosial. "Di media sosial itu kadang ada saja pihak tak bertanggung jawab yang bikin akun palsu dan memantik permusuhan antarsuporter. Isu ini bisa termakan oleh suporter yang belum dewasa menyikapinya," tutur Rahmat.

Rahmat pun mencurigai memang ada pihak yang mencoba membuat suasana di sepak bola nasional kembali tak kondusif di tengah kembali bergeliatnya kompetisi Indonesia di setiap level. (bac)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER