Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang anak kecil berusia tiga tahun terlihat berdiri di depan
wall of fame. Di tangannya terdapat spidol yang digenggamnya dengan kuat.
Ditekannya kuat-kuat spidol itu ke hamparan
wall of fame. Tulisannya tak beraturan, tak jelas apa yang ingin ditulisnya. Namun dari air muka yang terpancar, semangat sang anak begitu jelas terlihat.
Anak itu bernama Fata Hibatullah. Ia datang bersama sang ayah, Rizal Sabri, untuk menjadi satu dari ribuan penonton BCA Indonesia Terbuka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Saya bilang padanya,’Ayo mau nonton bulutangkis gak hari ini? Terus dia bilang mau, jadilah akhirnya kita berangkat,” kata Rizal kepada CNNIndonesia.com.
Bagi Fata dan sang Ayah, kunjungan Istora tahun ini ternyata bukanlah kunjungan perdana, melainkan sudah seperti tradisi tahunan.
“Ini bukan tahun pertama dia ke sini, karena tahun sebelumnya juga kami kesini waktu dia masih kecil. Dia senang duduk di dekat orang-orang yang ramai dengan air bang (balon tepuk).”
“Soal pertandingan, pastinya dia belum mengerti, namun saya memang senang mengajak anak mengenal olahraga bulutangkis karena saya juga menggemari bulutangkis sejak muda dulu,” tutur Rizal.
Rizal bukanlah satu-satunya orang tua yang membawa sang anak untuk menyaksikan Indonesia Terbuka. Ada puluhan atau bahkan ratusan orang yang menggandeng buah hati menyaksikan perjuangan pebulutangkis Indonesia merebut gelar juara.
Mereka bermain, berlari-lari, tertawa gembira, mulai dari luar arena hingga ikut beteriak bersama penonton dewasa di dalam Istora.
Salah satu orang tua bernama Thamrin Syam bahkan bukan hanya membawa satu anak, melainkan empat anaknya ke Istora. Menurut Thamrin, ajang seperti ini merupakan sebuah hal yang positif bagi sang anak.
“Saya ingin anak-anak saya mengerti tentang perjuangan, sportivitas, dan semangat olahraga. Tak hanya itu, saya juga ingin anak saya bisa semakin bersemangat berlatih bulutangkis setelah melihat pemain-pemain hebat di arena ini,” ucap Thamrin.
Di tengah banyaknya arus hiburan bagi anak-anak, olahraga harus bisa jadi salah satu alternatif yang diprioritaskan oleh orang tua. Melalui olahraga, anak-anak bisa mulai belajar sportivitas, semangat dan daya juang, hingga rasa cinta terhadap negara.
Bila orang tua mampu menggiring anak-anak menyukai olahraga sejak kecil, maka profesi atlet pun tetap bisa jadi salah satu profesi yang dipilih oleh generasi selanjutnya. Dengan demikian, Indonesia masih memiliki harapan untuk memiliki generasi atlet hebat di masa datang, baik untuk bulutangkis, maupun cabang olahraga lainnya.
Semakin banyak langkah kaki yang menderap menuju arena olahraga, maka semakin besar peluang melihat olahraga sebagai salah satu hal yang tetap jadi kebanggaan Indonesia.
(ptr)