Bowie Haryanto
Bowie Haryanto

Mengenal Disiplin dari Opa Riedl

Bowie Haryanto | CNN Indonesia
Sabtu, 11 Jun 2016 14:51 WIB
Terlepas dari masalah pro-kontra pemilihan Alfred Riedl sebagai pelatih timnas, pria asal Austria itu dipastikan akan mengedepankan masalah disiplin.
Tim nasional Indonesia akan ditangani Alfred Riedl untuk Piala AFF 2016. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Matahari di langit Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, masih menyengat meski waktu sudah menunjukkan pukul 17.15 waktu setempat. Ketika itu Selasa sore, 22 Februari 2011.

Saya dan Alfred Riedl hanya berdua di pinggir lapangan. Pelatih yang akrab disapa Opa Riedl oleh sebagian besar jurnalis sepak bola di Ibu Kota itu baru saja memimpin latihan Timnas U-23 jelang menghadapi Turkmenistan di pra kualifikasi Olimpiade 2012.

Tubuhnya tidak mau diam. Meski sudah tua, Opa Riedl terus memungut bekas gelas air mineral yang dibuang sembarangan di pinggir lapangan oleh Titus Bonai dan kawan-kawan. Asistennya, Wolfgang Pikal, dipercaya memimpin tim masuk ke ruang ganti usai latihan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketimbang menyuruh seseorang untuk membersihkannya, Riedl lebih memilih untuk membereskan sampah yang ditinggalkan para pemainnya.

"Ah, kids. Look at this mess. (Duh, lihatlah sampah-sampah ini berantakan)," ujarnya sambil memunggut sampah. Saya pun membantu seadanya, sambil memikirkan pertanyaan yang ingin saya lontarkan.

Opa Riedl tak mengabaikan saya. Sembari memungut bekas gelas air mineral dan menaruhnya ke tempat sampah, pria asal Austria itu selalu menjawab setiap pertanyaan yang saya berikan.

Salah satu pertanyaan yang saya lontarkan adalah: Anda sudah hampir dua tahun melatih di Indonesia. Bagaimana menurut Anda tentang sepak bola di Indonesia sejauh ini?

Jawaban Riedl tidak akan pernah saya lupa. Alih-alih mengeluarkan jawaban yang memuji, Si Opa justru mengkritik sepak bola Indonesia.

"Sepak bola Anda tidak akan pernah sukses tanpa fasilitas yang bagus. Selama penerbangan ke sini (Palembang) saya tidak melihat satu pun lapangan sepak bola dari atas pesawat. Di Austria, kami punya lapangan sepak bola yang bagus setiap satu kilometer," ujar Riedl.

Dari perbincangan singkat, sekitar 10 menit, di Stadion Jakabaring, saya menyadari Riedl sangat mengutamakan disiplin sebagai pelatih. Dia mungkin bukan tipe pelatih brilian yang mampu mencari jalan keluar ketika timnya tertinggal dalam pertandingan, layaknya Pep Guardiola atau Jose Mourinho.

Selain memiliki banyak pengalaman, baik sebagai pemain dan pelatih, salah satu kekuatan Riedl dalam melatih adalah mengutamakan disiplin. Pelatih 66 tahun itu tidak segan-segan mencoret pemain dari skuat Timnas Indonesia karena masalah indisipliner, meski sang pemain berstatus bintang dan pemain kunci.

Boaz Solossa, Okto Maniani, dan Vendry Mofu adalah sejumlah pemain yang pernah dicoret Riedl dari Timnas karena masalah indisipliner. Riedl juga menjadi pelatih pertama yang melarang pemainnya melakukan wawancara di luar konferensi pers resmi.

Menariknya, Riedl tidak hanya menerapkan disiplin kepada pemain. Pelatih yang membawa Indonesia ke final Piala AFF 2010 itu juga menuntut jurnalis yang meliput juga disiplin. Usai memimpin latihan, Riedl akan kesal jika para jurnalis tidak siap dengan pertanyaan.

'Do you need me?' (Apakah Anda membutuhkan saya?) Itulah kata-kata khas Riedl setiap menghadap para jurnalis usai memimpin latihan. Jika tidak ada jurnalis yang siap mengeluarkan pertanyaan, maka Riedl akan langsung masuk ke ruang ganti tim.

Riedl juga menuntut para jurnalis menghormatinya. Mantan pelatih timnas Vietnam itu pernah memarahi seorang jurnalis televisi swasta karena memegang pundaknya. "Jangan pegang pundak saya, itu tidak sopan. Saya lebih tua daripada kamu," ujar Riedl kepada sang jurnalis.

Setelah dua periode menangani Timnas senior, Riedl kembali dipercaya PSSI untuk kali ketiga menjadi pelatih. Terpilihnya Riedl cukup mengejutkan, karena PSSI sebelumnya mengindikasikan memilih pelatih lokal setelah melakukan fit and proper test terhadap Rahmad Darmawan, Nilmaizar, dan Indra Sjafri.

Penunjukan Riedl menimbulkan pro-kontra. Banyak yang memprediksi Riedl akan gagal menangani Timnas Indonesia di Piala AFF 2016, seperti gagal di babak grup Piala AFF 2014.

Banyak juga yang mendukung pemilihan Riedl. Dengan dua kali melatih Indonesia, Riedl dianggap punya nilai lebih untuk melatih Timnas senior. Terlebih di waktu yang mepet untuk mempersiapkan tim ke Piala AFF 2016.

Terlepas pro-kontra tersebut, Riedl dipastikan akan mempertahankan gaya melatihnya yang mengedepankan disiplin. (vws)
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER