Mengenal Kiper 'Istimewa' Tim Marjinal Indonesia

CNN Indonesia
Jumat, 24 Jun 2016 21:07 WIB
Keterbatasan fisik dan tak menyurutkan motivasi para disabilitas untuk mengharumkan bangsa di Piala Dunia Tunawisma 2016.
Eman Sulaeman menyingkirkan keterbatasan fisik dan berhasil menembus skuat Indonesia untuk Piala Dunia Tunawisma 2016. (CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama)
Jakarta, CNN Indonesia -- Keterbatasan fisik tak mengenal batas untuk berprestasi di bidang olahraga, tak terkecuali di cabang sepak bola. Hal itu tecermin dari tim Indonesia untuk Piala Dunia Tunawisma 2016.

Memiliki kaki yang tak sempurna dan bukan berasal dari kalangan masyarakat yang berkecukupan tak menyurutkan niat Eman Sulaeman untuk mengikuti seleksi tim Indonesia di Piala Dunia Tunawisma 2016

Ajang turnamen sepak bola jalanan internasional yang melibatkan orang-orang termajinalkan (pengidap HIV/AIDS, pecandu, mantan narapidana, dan kalangan tidak mampu).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terbukti, keberaniannya membuahkan hasil dan ia menjadi satu-satunya pemain disabilitas yang masuk dalam tim tunawisma Indonesia.

Semula Sulaeman didorong seorag temannya untuk mengikuti seleksi pada 2014. Namun, ia berhalangan hadir.

"Akan tetapi pada saat itu saya tidak bisa karena ada suatu hal yang penting yang tak bisa saya tinggalkan. Baru pada 2016 ikut seleksi dan alhamdulillah terpilih mewakili Indonesia," kata laki-laki berusia 27 tahun asal Majalengka saat berbincang dengan CNNINdonesia.com, Jumat (24/6) sore.

Piala Dunia Tunawisma tahun ini akan diselenggarakan di Glasgow, Skotlandia, 10-16 Juli. Eman sangat bersemangat menyambut laga pertamanya di luar negeri.

Ia berperan sebagai kiper di timnya. Tapi dia bukan kiper biasa. Laki-laki yang kesehariannya membuka usaha perbaikan ponsel ini terlahir dengan kondisi kaki yang tidak sempurna.

Sisihkan Rasa Malu

Kaki kanannya tak memiliki telapak kaki dan kaki kirinya hanya sepanjang lutut. Namun, itu tak jadi soal. Tak ada rasa malu yang tersirat di wajahnya.

Yang ada justru tatapan penuh harap untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah dan hasil yang baik di daratan Eropa. "Motivasinya yaitu ingin membanggakan negara Indonesia dan orangtua saya sendiri," ucap pria bertinggi badan sekitar 155 sentimeter itu.

"Kalau dari fisik sebagian orang mungkin beranggapan saya tidak mungkin bisa bermain futsal. Tapi dengan kemampuan dan kepercayaan diri, bisa lolos seleksi."

Eman mengaku sudah aktif bermain bola sebagai penjaga gawang sejak duduk di bangku sekolah dasar. Berbekal pengalaman tersebut, ia mengaku miliki refleks yang baik.

Nyaris Putus Asa

Kendati begitu, ia tak dapat menampik bahwa kondisi fisiknya yang berbeda pernah membuatnya hampir putus asa. "Titik putus asa itu tentu saja ada, tapi yang penting bagaimana kita menyikapinya. Yang paling utama, jangan pernah ada kata menyerah."

"Walaupun kita memiliki kekurangan, di balik kekurangan itu kita pasti ada kelebihan. Kalau tidak mencoba, tidak mungkin sukses," ujarnya.

Indonesia kali pertama mengirimkan skuat Piala Dunia Tunawisma pada 2011. Merah Putih langsung menorehkan prestasi sebagai Best New Comer. Walaupun hingga kini belum pernah mencicipi gelar juara, namun Eman dan rekan-rekannya tetap yakin kali ini Indonesia dapat menorehkan hasil positif.

Dan yang terpenting dari ajang ini adalah pembuktian diri bahwa mereka yang selama ini dipandang sebelah mata, ternyata mampu menuai prestasi dan memberikan kontribusi nyata untuk Merah Putih.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER