Jakarta, CNN Indonesia -- Jorge Lorenzo merupakan juara dunia MotoGP musim lalu. Namun kini ia mulai tertatih-tatih dalam persaingan dengan Marc Marquez.
Pada enam seri awal, Lorenzo mengantongi tiga kemenangan dan dua kali jadi runner up. Meskipun sempat sekali gagal finis di GP Argentina, Lorenzo mampu mengantongi 115 poin. Jumlah itu cukup membuatnya duduk di posisi teratas dengan keunggulan 10 poin atas Marquez.
Nama Lorenzo masih jadi favorit dalam perburuan gelar lawan Marquez dan Valentino Rossi. Namun penampilan Lorenzo di tiga seri terakhir kemudian mengubah segalanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lorenzo tampil buruk dan hanya mendapatkan tambahan tujuh poin dari tiga seri selanjutnya. Alhasil, Lorenzo kini ganti tertinggal 48 poin dari Marquez.
Langkah Lorenzo yang tertatih-tatih dimulai di GP Catalonia ketika dirinya mengalami insiden tabrakan dengan Andrea Iannone. Lorenzo harus mengakhiri balapan dengan tangan hampa dan rela posisinya di nomor urut satu digusur oleh Marquez.
Di dua seri selanjutnya, Lorenzo yang berupaya kembali mengejar Marquez di klasemen justru terkendala hujan. Lorenzo sudah lebih dulu kalah oleh hujan dan ia pun bahkan tak sempat bersaing dengan Marquez di lintasan.
Performa Lorenzo saat hujan, baik di GP Assen maupun GP Jerman, terbilang sangat buruk. Di Belanda, Lorenzo harus puas memulai lomba di posisi ke-11.
Dengan posisi jauh di belakang, Lorenzo sulit untuk bisa langsung melesat ke depan. Manuver Lorenzo semakin terhambat lantaran dirinya tak kuasa menaklukkan trek di saat hujan.
Lorenzo kemudian mendapatkan 'hadiah hiburan' lantaran banyak pebalap di depannya yang terjatuh sehingga ia mampu finis di posisi ke-10 pada akhir perlombaan.
Nasib sial Lorenzo berlanjut setelah GP Jerman kembali diguyur hujan. Lorenzo memulai balapan di posisi yang buruk, 11, dan hanya mampu finis di nomor urut ke-15 yang hanya berhadiah satu poin bagi dirinya.
Sepanjang perlombaan, Lorenzo tak mampu memacu motornya dengan maksimal dan merangsek maju ke depan.
Lorenzo sendiri mengakui bahwa dirinhya masih bermasalah dalam adaptasi terhadap ban michelin di kala hujan.
"Saya harus melakukan sesuatu, terutama terhadap ban Michelin ketika hujan."
"Dengan bridgestones, saya bisa tetap bersaing memperebutkan gelar juara meskipun kondisi hjujan, atau setidaknya duduk di peringkat kelima. Namun kali ini, saya benar-benar kesulitan," tutur Lorenzo.
Hujan benar-benar jadi musuh lain Lorenzo di balapan musim ini. Di GP Argentina tempat Lorenzo gagal finis untuk kali pertama juga dilangsungkan saat hujan.
Buruknya adaptasi Lorenzo terhadap ban Michelin di kala hujan semakin diperparah oleh lambatnya Lorenzo untuk masuk pitstop dan mengganti motor.
"Saat perlombaan, kecepatan saya terus meningkat, namun begitu lintasan kering, saya sulit mengontrol ban depan. Saya pun telat mengambil keputusan untuk masuk pitstop dan juga ban intermediate yang dipilih bukan merupakan opsi terbaik."
"Jelas saja saya tidak kompetitif. Kami tak mempersiapkan diri dengan baik untuk mengambil langkah tepat pada sebuah momen," kata Lorenzo.
Meski tertinggal 48 poin, Lorenzo mengaku belum menyerah dalam upayanya memburu Marquez di sembilan seri tersisa.
"Tidak. Kejuaraan musim ini tak akan berakhir bagi saya sampai saya tak lagi mampu mengejar Marquez secara matematis," kata juara dunia tiga kali ini.
(ptr)