Peran Vital Ban di MotoGP 2016

Martinus Adinata | CNN Indonesia
Rabu, 20 Jul 2016 13:50 WIB
Michelin sebagai penyuplai tunggal memberikan pilihan lebih banyak di MotoGP 2016. Namun, hingga paruh musim ban Michelin belum memuaskan semua pebalap.
Strategi pemilihan ban yang dilakukan Valentino Rossi di GP Jerman tidak berjalan lancar. (Mirco Lazzari gp/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada balapan MotoGP musim ini, Michelin sebagai penyuplai ban tunggal sebenarnya memberikan pilihan lebih banyak bagi setiap tim di setiap balapan. Namun, hingga paruh musim berjalan, ban Michelin belum memuaskan semua pebalap.

Mulai dari varian ban kering (slick) dengan kompon keras, medium, dan lunak, serta ban basah dengan kompon keras dan lunak. Selain dua pilihan itu, Michelin juga memberikan opsi lain yakni ban intermediate, yang dapat menjadi opsi saat trek tak sepenuhnya kering atau sepenuhnya basah.

Ban kering terbagi menjadi tiga varian. Untuk kompon keras diberi kode warna kuning, medium memiliki warna abu-abu, sedangkan kompon lunak diberi warna putih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ban intermediate merupakan terobosan baru dalam sejarah MotoGP yang dilakukan Michelin. Ban baru itu diberi kode warna abu-abu. Sedangkan untuk ban hujan, Michelin bagi menjadi dua kompon: keras diberi warna kode biru dan lunak memiliki kode abu-abu.

Sesuai dengan tipenya masing-masing, ban-ban tersebut mempunyai fungsi tersendiri tergantung dengan kondisi cuaca, suhu aspal, maupun strategi.

Ban slick digunakan ketika lintasan balap dalam keadaan kering. Semakin tinggi suhu aspal dan semakin panas cuacanya, maka pebalap biasanya menggunakan ban slick dengan kompon keras. Pilihan itu diambil agar ban tidak cepat terdegradasi.

Ban intermediate biasanya digunakan untuk kondisi trek yang mulai mengering dari sebelumnya basah. Seperti yang dipakai Valentino Rossi ketika melakukan pergantian motor di GP Jerman. Motor kedua Rossi menggunakan ban intermediate.

Ban hujan dibuat secara khusus untuk menghadapi situasi lintasan basah, sehingga ketika lintasan mengering ban cenderung terdegradasi karena kompon ban basah ini menggunakan jenis kompon yang lebih lembut dibandingkan tipe-tipe ban lainnya.

Ban hujan juga memiliki alur khusus yang berbeda dibandingkan ban kering. Ban hujan memiliki alur yang memungkinkan mampu memecah alur air dan menghasilkan cengkraman bagus dalam keadaan licin.

Baca juga: Mengenal Arti Warna Ban MotoGP

Selain itu, penggunaan kompon karet yang lebih lembut membuat ban hujan lebih efektif di lintasan basah lantaran membantu cengkraman rem di kondisi licin. Namun, akan menjadi masalah bagi pengendara jika trek mulai kembali mengering.

Pasalnya, bahan kimia dan kompon karet yang lembut membuat kondisi ban cepat menurun akibat terdegradasi seperti yang pernah dialami pebalap Moto2, Tito Rabat, di GP Inggris 2015. Terus menggunakan ban hujan di lintasan kering, ban belakang Rabat nyaris gundul ketika sampai di pitstop akibat overheat.

Contoh lainnya adalah strategi Rossi di GP Jerman, Minggu (17/7), yang tetap ngotot menggunakan ban hujan di lintasan yang semakin mengering, sehingga membuatnya kehilangan podium dan terperosok ke posisi kedelapan.

Ketika melakukan pergantian motor dengan ban intermediate, Rossi sudah kehilangan momen dan harus finis di posisi kedelapan.

Tantangan Untuk Michelin

Kendati masalah penggunaan ban merupakan strategi yang patut diperhitungkan matang-matang oleh para pebalap, Michelin sebagai produsen ban juga memiliki tantangan tersendiri pada musim ini.

Michelin baru musim ini menggantikan Bridgestone yang telah menjadi penyedia ban MotoGP sejak 2009 lalu. Selain harus menyediakan ban yang bagus, pada musim ini Michelin juga harus 'memaksa' para pebalap beradaptasi dengan ban mereka.

Satu hal yang menjadi tantangan tersendiri bagi Michelin dan para pebalap. Terlebih jika mengingat 30 kecelakaan yang terjadi pada tes pertama ban Michelin.

Michelin juga terpaksa menarik ban belakang mereka pada GP Argentina, 3 April lalu, setelah kecelakaan yang dialami pebalap Ducati Pramac, Scott Redding.

Ban Redding meledak di sesi latihan bebas keempat, meninggalkan puing-puing ban dan menghabisi bagian ekor motornya, membuat bendera merah langsung dikibarkan.

Selain kasus pecah ban, perjalanan Michelin hingga paruh musim 2016 juga tak berjalan mulus lantaran kondisi cuaca yang cukup menantang. Performa ban hujan produsen asal Perancis itu sering mendapat kritikan dari sejumlah pebalap papan atas, terutama Jorge Lorenzo. (har)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER