MotoGP 2016, Saatnya Tim Kecil Unjuk Gigi

Martinus Adinata | CNN Indonesia
Rabu, 20 Jul 2016 13:09 WIB
Setengah musim MotoGP 2016 berjalan, sejumlah kejutan yang dihasilkan pebalap non-pabrikan menjadi sorotan tersendiri di sembilan seri yang telah berlangsung.
Jack Miller (depan) menjadi salah satu pebalap tim non-pabrikan yang tampil mengejutkan musim ini. (Mirco Lazzari gp/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setengah musim MotoGP 2016 berjalan, sejumlah kejutan yang dihasilkan pebalap non-pabrikan menjadi sorotan tersendiri di sembilan seri balapan yang telah berlangsung.

Terakhir, pebalap LCR Honda Cal Crutchlow berhasil finis di posisi kedua GP Jerman. Sukses pebalap asal Inggris itu melanjutkan tren kejutan di seri sebelumnya (GP Belanda) ketika Jack Miller menjadi pebalap non-pabrikan pertama yang menjuarai seri balapan MotoGP sejak 2006 silam.

Sebelum Miller adalah Tony Elias bersama Gresini Racing yang kali terakhir berhasil meraih kemenangan di ajang MotoGP (Portugal 2006) bersama tim non-pabrikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Miller yang memperkuat tim Marc VDS berhasil sebagai juara GP Belanda yang diwarnai hujan lebat, situasi yang membuat sejumlah pebalap seperti Valentino Rossi, Aleix Espargaro, dan Andrea Dovizioso terjatuh.

Padahal, Miller mengawali balapan dari posisi ke-18, sebelum terus merengsek naik dan mengungguli Marc Marquez hingga 1,991 detik dan meraih kemenangan perdananya di ajang MotoGP.

Pebalap non-pabrikan lainnya dari tim Pramac, Scott Redding, juga berhasil meraih podium pertama pada musim ini di GP Belanda setelah finis pada posisi ketiga di belakang Marquez.

Namun jika melihat lebih jauh, tren kejutan yang ditampilkan tim dan pebalap non-pabrikan sendiri telah terlihat sejak seri kedua di GP Argentina.

Dalam balapan yang dipersingkat lantaran alasan keamanan itu, Eugene Laverty (Aspar) berhasil finis di posisi keempat, kendati pebalap Italia itu memulai balapan dari posisi ke-17.

Laverty yang menggunakan motor Ducati juga jauh menungguli pebalap pabrikan Ducati, Andrea Dovizioso, yang hanya mampu berada di posisi ke-13.

Sedangkan pebalap pabrikan Ducati lainnya, Andrea Iannone, bahkan mengalami nasib lebih buruk lantaran mengalami kecelakaan dan tak mampu melanjutkan balapan.

Tiga Faktor Krusial

Kejutan yang dihasilkan tim dan pebalap non-pabrikan tak lepas dari tiga faktor kunci yang mewarnai balapan hingga paruh musim ini.

Mulai dari pebalap papan atas yang kesuliltan beradaptasi dengan penggunaan ban Michelin, para pebalap MotoGP musim ini juga harus menyesuaikan diri lantaran aturan baru memaksa setiap tim menggunakan sistem unit elektronik (ECU) yang seragam dari Magneti Marelli.

Aturan ECU standar musim ini tersebut, membuat setiap pebalap tak lagi bisa mengatur sendiri traksi dan konsumsi bensin sepanjang balapan, sehingga tiap pebalap tak lagi bisa mengatur perangkat elektronik mereka sesuai dengan kebutuhan.

Faktor ECU sempat membuat motor duo Movistar Yamaha, Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi, rusak di GP Italia. Bahkan Rossi gagal finis di Sirkuit Mugello setelah mengalami kegagalan mesin di lap kedelapan.

Faktor lainnya yang tak kalah berpengaruh terhadap sejumlah kejutan pada musim ini adalah kondisi cuaca di sejumlah balapan yang terbukti menyulitkan para pebalap.

Hujan deras yang mewarnai dua seri terakhir misalnya di GP Belanda dan GP Jerman. Pebalap-pebalap pabrikan justru terlihat kesulitan yang ditunjukkan dengan insiden yang dialami Rossi, Dovizioso, dan Aleix Espargaro.

Lintasan licin membuat pebalap yang sebenarnya mengawali balapan di posisi depan, justru posisinya terus melorot dan beberapa bahkan gagal finis.

Kini di sisa sembilan seri yang tersisa, Marquez dan Repsol Honda memang masih menjadi yang teratas di klasemen pebalap dan tim.

Namun, kiprah para pebalap non-pabrikan di paruh kedua musim 2016 patut menjadi sorotan tersendiri lantaran balapan kini mulai memasuki musim dingin, yang berarti lebih banyak ancaman hujan di setiap balapan tersisa. (har)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER