Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Bulutangkis Indonesia melakukan 'dosa besar' saat tak mampu menyumbang medali empat tahun lalu. Kini, saatnya Tim Bulutangkis Indonesia menebus dosa dan memulai perjuangan mereka di Rio de Janeiro.
Tim Bulutangkis Indonesia merupakan andalan Indonesia untuk meraup medali di Olimpiade. Dalam kurun waktu 1992-2008, Tim Bulutangkis aktif memberikan medali, termasuk mengukir tradisi medali emas dan jadi satu-satunya cabang olahraga yang mampu melakukannya.
Namun semua itu sirna di Olimpiade London 2012. Tim Bulutangkis gagal menyumbangkan medali emas bagi Indonesia, bahkan mereka pun tak sanggup memberikan perak dan perunggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itulah, sejak awal keberangkatan, misi Tim Bulutangkis Indonesia adalah mengembalikan tradisi emas bulutangkis di Indonesia.
"Tradisi emas sempat hilang di 2012 karena itulah target kami mengembalikan kembali tradisi emas di Olimpiade."
"Nomor ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran jadi andalan kami untuk meraih emas. Tetapi kami juga tak mengesampingkan pemain di nomor tunggal karena semua tetap memiliki peluang meraih medali," kata Kabid Binpres PBSI Rexy Mainaky.
Pada tanggal 11 Agustus ini, perjuangan Tim Bulutangkis Indonesia pun dimulai. Dengan sistem round robin, maka pebulutangkis Indonesia lebih dulu harus berjuang di fase penyisihan grup. Sistem ini akan menguji ketangguhan dan konsistensi para pemain.
Di hari pertama ini, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, Praveen Jordan/Debby Susanto, dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir bakal memulai langkah mereka di Olimpiade.
Ahsan/Hendra bakal menghadapi Manu Attri/Sumeeth Reddy. Dari segi teknik, Ahsan/Hendra masih di atas ganda asal India tersebut. Dalam tiga pertemuan sebelumnya, Ahsan/Hendra pun selalu menang dua gim langsung.
Attri/Reddy di atas kertas merupakan lawan paling lemah di grup D jadi kemenangan wajib jadi milik Ahsan/Hendra.
Greysia/Nitya yang kini jadi salah satu ganda putri papan atas dunia bakal menjajal kemampuan ganda Hong Kong, Poon Lok Yan/Tse Ying Suet.
"Peluang Greysia/Nitya untuk menang lebih besar, namun mereka tak boleh lengah dan harus fokus dengan kemampuan mereka," kata Eng Hian seperti dikutip dari rilis PBSI.
Di nomor ganda campuran, Praveen/Debby bakal berjuang keras melawan Lee Chun Hei/Chau Hoi Wah dari Hong Kong. Dengan adanya unggulan pertama, Zhang Nan/Zhao Yunlei di grup yang sama, maka Praveen/Debby memang wajib memaksimalkan laga lainnya untuk memelihara peluang lolos ke perempat final.
Dari rekor head to head, Praveen/Debby kalah 3-4 menghadapi ganda Hong Kong. Namun Praveen/Debby memenangi duel terakhir yang berlangsung di Hong Kong Super Series tahun lalu.
Sedangkan Tontowi/Liliyana akan memulai laga perdana dengan lawan yang lebih mudah. Unggulan ketiga ini bakal berhadapan dengan Robin Middleton/Leanne Choo dari Australia. Duel ini bisa jadi kesempatan bagus bagi Tontowi/Liliyana untuk beradaptasi dengan situasi lapangan di Riocentro.
Untuk nomor tunggal, Tommy Sugiarto dan Linda Wenifanetri baru akan melakoni debut mereka di Olimpiade Rio de Janeiro pada Jumat (12/8).
(ptr)