Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah sukses meraih medali emas Olimpiade Beijing 2008, Hendra Setiawan tak memiliki kesempatan untuk mempertahankan gelar tersebut lantaran gagal lolos ke Olimpiade 2012 di London.
Di Olimpiade 2016, Hendra kembali mendapatkan kesempatan untuk tampil. Tak hanya sekadar tampil, duet Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan juga menjadi salah satu favorit peraih medali emas di turnamen ini.
Bagaimana pandangan Hendra Setiawan tentang Olimpiade? Berikut petikan wawancaranya dengan
CNNIndonesia.com beberapa saat jelang keberangkatannya ke Olimpiade Brasil:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana persiapan sejauh ini menghadapi Olimpiade?Persiapan sudah bagus dan memasuki hari terakhir sudah fokus pada hal yang bersifat teknis. Begitu nanti
drawing keluar, persiapan akan lebih detail ke langkah-langkah untuk menghadapi lawan yang ada.
Performa terakhir duet Ahsan/Hendra di Indonesia dan Australia tidak bagus. Apa yang dikatakan oleh pelatih?Koh Herry (Iman Pierngadi) berkata bahwa hal tersebut tak perlu lagi dipikirkan. Kami harus fokus ke depan dan bersiap untuk Olimpiade.
Apa perbedaan yang ada dalam persiapan menghadapi Olimpiade 2016 bila dibandingkan Olimpiade 2008 silam?Saat ini saya lebih rileks dalam menjalani persiapan, mungkin karena sudah semakin banyaknya jam terbang yang saya miliki.
Namun rileks bukan berarti saya tidak berambisi untuk menjadi juara Olimpiade. Saya sangat ingin bisa jadi juara lagi kali ini.
Apa yang Anda rasakan ketika gagal lolos Olimpiade 2012 dan tak bisa mempertahankan medali emas?Saya sangat kecewa dan butuh waktu beberapa bulan untuk bisa kembali bersemangat. Saat itu saya kemudian memutuskan untuk memulai lembaran baru dan kembali ke pelatnas.
Sejak mulai berpasangan dengan Mohammad Ahsan, target puncak kami memang ada di Olimpiade 2016 ini.
Bagaimana anda melihat rapor duet Ahsan/Hendra sejauh ini?Saya rasa performa kami bagus dan sesuai harapan kami karena kami selalu mampu mencapai target besar yang ada. Semoga satu target besar yang ada di depan mata, Olimpiade 2016, juga bisa kami dapatkan.
Ahsan/Hendra tak pernah gagal di turnamen besar sejak berpasangan (emas Kejuaraan Dunia 2013 dan 2015, serta emas Asian Games 2014). Apa rahasia Ahsan/Hendra?Dalam turnamen besar yang kami hadapi, kami lebih fokus, rasa tak mau kalah dalam diri kami lebih tinggi.
Kami selalu berpikir kesempatan yang ada tak boleh dilewatkan, seperti misalnya Asian Games yang hanya berlangsung empat tahun sekali. Karena itu semoga kami bisa kembali melakukannya di Olimpiade nanti.
Komentar tentang penampilan Ahsan sejak awal berpasangan hingga saat ini?Ahsan adalah sosok pemain yang bagus. Saya selalu berkata bahwa Ahsan sangat layak untuk mendapatkan gelar bergengsi dalam kariernya, termasuk medali emas Olimpiade.
Dari segi penampilan, Ahsan saat ini terlihat lebih tenang dan tidak emosional seperti beberapa tahun lalu. Dia lebih tenang saat ini.
Anda sendiri selalu terlihat tenang dan tak pernah menunjukkan emosi berlebihan. Tidakkah anda merasa gugup?Soal penampilan saya di lapangan, itu memang sudah pembawaan. Namun soal gugup, pastilah saya tetap merasakan gugup di lapangan. Tetapi saya tak mau memperlihatkan rasa gugup saya pada lawan.
Rasa gugup itu sendiri merupakan pertanda bahwa saya masih memiliki motivasi untuk memenangkan pertandingan. Bila dalam menghadapi pertandingan tak ada rasa tegang, malah hal itu akan jadi aneh.
Siapa sosok lawan yang paling berbahaya menurut Hendra Setiawan?Cai Yun. Cai Yun memiliki kemampuan yang komplet. Dia bisa bermain sama baiknya di depan maupun di belakang.
Saat Cai Yun ada di puncak performanya, sulit untuk mengalahkannya.
Selama 10 tahun berkarier, Hendra Setiawan selalu jadi andalan. Beban atau sebuah kepuasan?Saya senang bisa dipercaya jadi andalan Indonesia. Justru saya akan sedih bila tak lagi jadi andalan Indonesia nantinya.
Dengan usia akan menginjak 32 tahun, sejauh mana jarak Hendra dengan kata pensiun saat ini?Saya masih ingin terus bermain namun tentunya melihat kondisi badan. Bila saya masih memiliki kemampuan untuk bersaing jadi juara, maka saya akan terus bermain.
Namun bila saya hanya sekadar bermain dan sudah sulit untuk jadi juara, maka lebih baik saya mundur.
(ptr)