Di Balik Pesta Pahlawan Olimpiade Indonesia

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Kamis, 25 Agu 2016 15:21 WIB
Estimasi Rp20 miliar untuk penyambutan dan penghargaan proses dan kerja keras para Olimpian bisa dikatakan harga yang teramat murah.
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir diarak dua hari setelah pulang ke Indonesia. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Terminal Tiga Bandara Soekarno-Hatta tampak penuh sesak oleh ribuan orang. Di lantai dan dinding yang masih tercium aroma anyar lantaran baru saja dibuka, terselip pula wangi kemenangan yang siap dihirup semua orang di sana.

Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir kemudian tiba di pintu kedatangan. Disambut kalungan bunga dan teriakan-teriakan selamat datang. Warga yang kebetulan ada di bandara, atau sengaja datang ke bandara, tak mau kehilangan momen berharga ini. Mereka mengabadikan hal tersebut lewat kamera telepon genggam ataupun ikut berlari mengekori rombongan.

Semua senang dan ikut merasa menang dengan kepingan medali emas dan medali perak Olimpiade yang dibawa pulang. Tontowi/Liliyana, dan juga Eko Yuli Irawan, serta Sri Wahyuni sah diberi gelar pahlawan. Bahkan, mereka resmi jadi raja sehari karena mereka menguasai jalanan ketika beranjak keluar dari Soekarno-Hatta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jamuan bak raja terus berlanjut saat keempat pahlawan olahraga ini mengakhiri perjalanan mereka di Kementerian Pemuda dan Olahraga. Ribuan orang rela berdesakan untuk melihat wajah dan senyum mereka.

Pesta kemenangan memang sangat menyenangkan. Meskipun terkesan sangat meriah dan penuh gempita, semua itu tetaplah masuk dalam kategori murah untuk menyambut tiga medali yang dibawa pulang dari pesta olahraga dunia.

Selain sambutan penuh rasa hormat, para pahlawan Indonesia di Olimpiade kali ini pun mendapatkan pelukan hangat dari bonus sebesar Rp5 miliar untuk medali emas dan Rp2 miliar untuk medali perak.

Dengan estimasi pengeluaran di angka Rp20 miliar untuk penyambutan dan penghargaan ini, hal itu tetaplah murah. Murah.

Tontowi/Liliyana hanya butuh 45 menit untuk mengalahkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying di babak final untuk memastikan Indonesia kembali meraih emas di Olimpiade kali ini. Secara keseluruhan, mereka pun total tak menghabiskan durasi bermain lebih dari enam jam untuk Olimpiade kali ini.

Pun begitu halnya Sri Wahyuni dan Eko Yuli Irawan. Mereka bisa jadi tak menghabiskan waktu lebih dari tiga jam untuk membuat perak dalam genggaman.

Perjuangan mereka di perang bernama Olimpiade memang singkat. Namun untuk memastikan mereka bisa berjaya di perang yang singkat itu, maka terbentanglah sebuah proses yang sangat panjang.

Tontowi, Liliyana, Eko, dan Sri Wahyuni jadi hebat bukan karena program cepat. Mereka jadi fenomenal dan menakjubkan setelah melewati tahapan-tahapan panjang yang melelahkan.

Butuh komitmen, kerja keras, fokus, semangat dari atlet untuk bisa mencapai level seorang atlet berprestasi di Olimpiade. Atlet pun tak bisa berjuang sendirian. Mereka perlu tim pelatih yang hebat, kompetisi berjenjang yang kompetitif, dan sarana latihan yang kondusif.

Bila negara berharap Indonesia bisa memiliki atlet hebat dari tahun ke tahun, negara pun harus berperan aktif dalam upaya perwujudan hal itu. Kemenpora, DPR, KOI, KONI, Satlak Prima, hingga Pengurus Pusat Tiap Cabor harus berbagi peran dan tanggung jawab.

Dalam keberhasilan cabor bulutangkis dan angkat besi menyumbang medali, mereka tetap tak lepas dari kendala soal persiapan, baik itu fasilitas latihan maupun kesehatan anggaran.

Pola pikir yang kemudian harus ditekankan adalah bila dengan kondisi tak sempurna saja ada medali Olimpiade yang datang, maka hasil lebih optimal kemungkinan besar akan terjadi andai persiapan lebih hebat dilakukan. Bukan hanya tentang persiapan dalam waktu dekat, melainkan turut serta dalam program pembibitan yang baru kelihatan hasilnya dalam beberapa tahun mendatang.

Emas Tontowi/Liliyana serta perak Eko dan Sri Wahyuni harusnya sudah menjadi bukti bahwa olahraga adalah salah satu jalan meningkatkan harga diri bangsa. Negara harus bergerak lebih agresif untuk mencurahkan perhatian, baik itu lewat penambahan anggaran, dorongan kerja sama dengan pihak swasta, ataupun pembenahan fasiltas latihan.

Bonus Rp5 miliar merupakan tindakan terpuji, namun janji untuk lebih maksimal dalam dukungan terhadap perkembangan olahraga juga patut dinanti.

Memang dana yang diperlukan dan dikeluarkan akan sangat besar. Namun sensasi kemenangan yang bakal dirasakan para pemangku kebijakan olahraga di Indonesia akan lebih memancar. Mereka bisa mengklaim bahwa mereka turut beriringan dalam perjalanan dan bukan hanya tersenyum dan berteriak senang ketika atlet sudah mencapai tujuan.

Menyiapkan pesta penyambutan yang meriah adalah sebuah hal yang mudah dilakukan. Namun menghadirkan atlet yang bisa jadi sebab dari terjadinya pesta penyambutan meriah itulah yang tak semudah membalikkan telapak tangan.

Terima kasih Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir!
Terima kasih Eko Yuli Irawan!
Terima kasih Sri Wahyuni!

(ptr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER