Jakarta, CNN Indonesia -- Liga Inggris merupakan kompetisi sepakbola terkejam di Eropa. Sering terjadi pemecatan manajer di setiap musimnya. Namun, pemecatan itu sepertinya tidak berlaku bagi Arsene Wenger.
Alih-alih dipecat, Wenger ternyata masih bertahan di Arsenal hingga dua dekade. Padahal dari sudut prestasi di lapangan, Wenger tidaklah seperti legenda pelatih Manchester United, Sir Alex Ferguson.
Wenger terkenal piawai memoles seorang pesepak bola yang tadinya biasa saja, atau melempem menjadi bintang. Sebut saja Dennis Bergkamp, Thierry Henry, dan Nwankwo Kanu yang gagal di Italia kemudian mengilap di tangan Wenger.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, di samping dapat mengangkat pesepak bola biasa jadi bintang, juru taktik asal Perancis itu pun memiliki karisma tinggi di mata pemain bintang. Tak heran dia dengan mudah mendapatkan pemain
as dari tim lain untuk bermain di Arsenal.
Terakhir adalah Petr Cech yang didapatkannya dari tim rival sekota, Chelsea, dengan gratis.
Koneksi PerancisPada musim pertama Wenger berada di Inggris pada 1996 silam, Arsenal merekrut gelandang muda berstamina kuda asal Perancis, Patrick Vieira. Vieira yang kala itu berusia 20 tahun direkrut Arsenal karena tak terpakai di AC Milan.
Kehadiran Vieira, dan juga rekan senegaranya yang berposisi sebagai gelandang bertahan, Remi Garde, menjadi isyarat kehadiran Wenger di Arsenal. Vieira dibeli dengan harga 3,5 juta pounds sementara Garde didapatkan gratis.
Wenger lalu menjalankan operasi 'Koneksi Perancis' untuk memperkuat skuat Arsenal. Setelah Vieira dan Garde, Wenger pun mendatangkan dua mantan anak didiknya di AS Monaco yakni Emmanuel Petit dan Giles Grimandi. Petit sendiri diperebutkan Arsenal dengan tiga klub lain. Namun karisma Wenger lah yang kemudian membuat gelandang sentral tersebut memilih Arsenal.
Pemain termahal yang didatangkan Wenger di musim pertamanya adalah
winger Ajax Amsterdam, Marc Overmars. Kala itu Overmars dibeli dengan harga 7 juta poundsterling dari Ajax.
 Arsene Wenger (tengah) bersama Emmanuel Petit (kiri) dan Marc Overmars (kanan) di tahun 1996. (AFP PHOTO / ADRIAN DENNIS) |
Skuat racikan Wenger itu terbukti ampuh karena Arsenal berhasil merengkuh gelar juara Liga Inggris 1997/98, atau semusim setelah dia bergabung.
Nicolas Anelka, Ian Wright, Bergkamp, Petit, David Platt, dan Vieira, Overmars adalah kunci keseimbangan skuat Arsenal kala itu. Ketangguhan di lini tengah itu ditambah ketenangan di lini belakang yang dipimpin kapten, Tony Adams, dan kiper nyentrik David Seaman.
Karisma Wenger ternyata belum habis walau gagal mempertahankan gelar semusim kemudian. Ia masih bisa mendatangkan motor permainan Swedia, Freddie Ljunberg, dan pencetak gol terbanyak Piala Dunia 1998 dari Kroasia, Davor Suker.
Pada musim 2000/01, Wenger mendapatkan penyerang Perancis yang biasa bermain di sayap maupun penyerang, Sylvain Wiltord. Wiltord merupakan pembelian termahal Wenger kala itu, musim 2000/01. Koneksi Perancis pun masih berlanjut dengan masuknya Robert Pires.
Di musim selanjutnya, Wenger mendapatkan bek sentral Inggris dari rival sekota, Tottenham Hotspur, Sol Campbell. Campbell didapatkan Wenger tanpa mengeluarkan uang pengganti kepada Spurs.
Selanjutnya, hingga jendela transfer musim panas lalu, Wenger seolah tak pernah kesulitan mendapatkan pemain bintang. Karismanya masih bisa diterima para pemain seperti raja assist Jerman Mesut Oezil, dan 'Messi-nya Swiss', Granit Xhaka.
Pada jendela transfer musim panas ini, Wenger tak hanya mendapatkan Xhaka. Ia juga mendapatkan bek internasional Jerman Shkodran Mustafi, dan penyerang internasional Spanyol, Lucas Perez.
Itulah karisma Wenger di mata pemain. Pemain-pemain elite yang membantu klub dengan julukan
The Gunners itu tak pernah absen dari Liga Champions.
(har)