Jakarta, CNN Indonesia -- CEO Bhayangkara Football Club (BFC), Gede Widiade, menjelaskan sebab keributan kecil yang sempat terjadi dalam ruang Kongres Tahunan PSSI di Hotel Mercure Ancol, Kamis (10/11) kemarin. Dalam kongres tersebut, Persebaya Surabaya batal disahkan kembali jadi anggota PSSI.
Pembahasan status Persebaya masuk dalam agenda kedelapan berisi tentang penerimaan anggota baru, namun agenda tersebut kemudian ditolak lewat mekanisme pemilihan suara. Haruna Sumitro, Manajer Madura United, mengusulkan, persetujuan anggota klub diselesaikan atau menjadi beban untuk kepengurusan baru.
Beberapa perwakilan Persebaya Surabaya yang berstatus sebagai peninjau di Kongres tersebut pun berontak. Bonek yang turut mengawal jalannya Kongres di luar hotel pun berang atas keputusan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekesalan semakin menjadi-jadi ketika diketahui bahwa papan nama di meja Gede tertulis Persebaya, bukan Bhayangkara FC. Namun, Gede menegaskan bahwa sesungguhnya ia hadir di Kongres mewakili Bhayangkara FC.
"Dahulu memang klub ini (Bhayangkara Football Club) namanya Persebaya dan sudah ikut kompetisi tiga kali. Akan tetapi kemudian namanya jadi Bhayangkara Football Klub. Sama seperti Madura United yang dahulu PBR (Pelita Bandung Raya), dan juga PS TNI (yang dahulu Persiram Raja Ampat)," kata Gede ketika dihubungi
CNNIndonesia.com, Jumat (11/11) malam.
"Kami juga tidak ingin pakai nama Persebaya, tapi yang undang dan verifikasi kami PSSI. Kami pasif, mandat kami tetap pakai Bhayangkara. Saya resmi, dan kami tidak boleh mempergunakan Persebaya."
"Yang beri nama di depan kursi itu bukan kami, silahkan Anda tanyakan kepada PSSI. Itu kan bukan urusan kami. Kami kan diundang, kami punya hak suara," katanya menambahkan.
Lebih lanjut, Gede mengatakan dirinya tidak pernah sekalipun menggunakan atribut Persebaya pasca kalah dalam persidangan pemegang hak merek Persebaya beberapa waktu lalu.
"Saya pun tidak banding keputusan sidang karena tidak mau ricuh. Kami bukan Persebaya, kami Bhayangkara. Saya tidak pakai dan kami tidak ingin pakai nama Persebaya. Sampai sekarang pun Bhayangkara FC milik Polri. Sekarang, biarlah mereka (Bonek) mengerti sendiri."
"Saya sudah jadi CEO BFC berdasarkan Surat Tugas dari Kapolri. Saya tidak pegang klub Persebaya, kami sudah tidak pakai Persebaya. Kemarin kalau kami tidak sah, kan ada AFC dan FIFA. Kalau memang kami tidak punya hak, kami sudah diusir," ucap Gede.
Gede pun berharap agar di masa mendatang tidak ada lagi dualisme yang terjadi dalam Persebaya.
"Kami sudah jadi anggota PSSI. Mereka (Persebaya) mau masuk ya silakan. Kalau diberi nama Persebaya oleh PSSI di kongres, itu bukan saya yang minta. Saya tulis lagi BFC (Bhayangkara FC) di papan nama saya di Kongres.
"Saya dulu CEO Persebaya 1927, tapi itu masa lalu lah. Saya sekarang bukan siapa-siapa, saya sekarang CEO-nya Bhayangkara berdasarkan surat Kapolri," ucapnya melanjutkan.
(bac)