Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai seorang pesepak bola yang pernah membela timnas Indonesia, Firman Utina melihat masih banyak hal yang perlu dibenahi para pemain penerusnya di Piala AFF 2016. Salah satunya adalah pekerjaan rumah sang arsitek tim Alfred Riedl di sektor pertahanan
Kendati demikian, Firman tidak ingin di masa mendatang ada masyarakat pecinta sepak bola Indonesia yang menyalahkan lini belakang Indonesia yang dinilai masih lemah.
"Jangan menyalahkan lini belakang karena kita yang berbicara tidak tahu kondisi sebenarnya di lapangan seperti apa, saya pernah merasakannya."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di lini belakang itu banyak tekanan yang menyebabkan kepanikan muncul sehingga permainan jadi terburu-buru. Untuk mengatasi itu, semua tergantung kepintaran pemain itu sendiri," ucap Firman kepada
CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Rabu (23/11) sore.
Dalam dua pertandingan di Piala AFF, lini belakang termasuk kiper memang lebih banyak yang dihujani kritik. Sejumlah pemain macam bek tengan Garuda, Yanto Basna dan penjaga gawang Kurnia Meiga, jadi olok-olokan di media sosial.
Mereka dicemooh lantaran dianggap yang paling banyak membuat kesalahan sehingga gawang Indonesia sudah kebobolan enam gol dalam dua laga di Grup A.
Namun, Firman beranggapan kritik tetap harus proporsional tanpa harus menyudutkan apalagi menghakimi pemain tertentu.
Gelandang berusia 34 tahun yang kini bermain untuk klub Sriwijaya FC itu juga menyayangkan Indonesia harus imbang 2-2 melawan Filipina dalam babak penyisihan Grup A kemarin (22/11) malam.
"Filipina itu banyak pemain naturalisasi, mereka kalah kompak dengan Indonesia. Saya melihat timnas Indonesia sangat kompak, dengan Boaz yang menjadi inspirasi dan motivasi tim. Menurut saya pertandingan kemarin itu benar-benar adu taktik, keberuntungan sebenarnya sudah ada di Indonesia kemarin," kata Firman
Menurutnya, taktik pelatih Alfred Riedl memainkan dua penyerang yakni Boaz Solossa dan Lerby Eliandry sudah tepat. Namun, ia menilai akan lebih baik bila Riedl mengganti Stefano Lilipaly dengan Dedi Kusnandar ketika Indonesia sempat unggul 2-1 atas Filipina.
Hal ini menurut Firman karena Evan Dimas dan Stefano Lilipaly memiliki tipe bermain yang sama, sama-sama ingin menyerang.
"Begitu unggul, Lilipaly seharusnya bisa digantikan dengan Dedi yang gaya bermainnya sebagai gelandang itu cenderung bertahan. Sehingga cocok bila dipasangkan dengan Evan. Dalam suasana yang sedang menang, mobilitas Evan ke lini depan jadi lebih tinggi," katanya menambahkan.
Selain itu, Firman juga berpendapat komunikasi dan koordinasi timnas Indonesia masih belum cukup baik.
"Itu terlihat karena permainan mereka belum tenang. Jaga ritme dengan baik, jangan mau ditekan. Semakin ditekan, semakin panik. Seharusnya saat itu Filipina yang lebih tertekan karena sebagai tuan rumah tertinggal satu gol," ucapnya melanjutkan.
Berikutnya, Indonesia akan berhadapan dengan Singapura di Rizal Memorial Stadium, Manila, Rabu (25/11) wakt setempat.
Timnas Indonesia masih memiliki peluang tipis merebut satu tiket tersisa ke semifinal. Sebelumnya, satu tiket ke semifinal telah dipegang Thailand yang berhasil meraih dua kemenangan yakni atas Indonesia dan Singapura.
(bac)