Jakarta, CNN Indonesia -- Di usia 18 tahun, Osvaldo Ardiles Haay mampu mencetak lima gol dan satu assist dari 17 kali membela Persipura Jayapura di Indonesian Soccer Championship (ISC) 2016. Ia punya cita-cita masuk tim nasional Indonesia suatu saat nanti.
Osvaldo adalah satu dari beberapa bintang muda yang dilahirkan Persipura tahun ini. Bersama Ferinando Pahabol yang juga masih 24 tahun, Valdo akan menjadi tumpuan Persipura di masa depan ketika kegarangan Boaz Solossa akan dimakan usia.
Kemunculan Osvaldo juga setidaknya bisa menjadi sedikit jawaban atas kekeringan gol yang melanda para penyerang lokal. Dari deretan 11 pemain yang mendominasi daftar penyerang tersubur ISC, hanya tiga dari Indonesia: Cristian Gonzalez, Sergio Van Dijk dan Boaz.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Torehan lima gol Osvaldo memang masih seperlima dari Alberto Goncalves yang menjadi penyerang tersubur ISC 2016. Tapi setidaknya membawa Valdo –demikian ia biasa dipanggil—semakin dekat lagi dengan pintu timnas.
Karier pemain ‘blasteran’ Jawa-Papua itu melejit ketika diminta pelatih Persipura U-21 Claudio Barcelos de Jesus untuk bergabung. Kepiawaian mengolah si kulit bundar membuatnya dapat rekomendasi Claudio.
Pelatih Kepala Persipura senior kala itu, Oswaldo Lessa, merespons positif dan memasukkannya ke dalam susunan tim inti.
"Awalnya saya ikut tarkam (pertandingan antar kampung) di Jayapura. Terus dilirik pelatih U-21 untuk ikut seleksi. Tapi waktu itu liga lagi vakum (2015)," kata Valdo yang ditemui CNNIndonesia di Hotel Kartika Chandra, Kamis (5/1).
"Kemudian ada Piala Jendral Soedirman. Kami berdelapan disuruh ikut gabung. Itu pertama kali saya main untuk tim senior Persipura. Terus ikut lagi ke Piala Bhayangkara sampai ke ISC (Indoensian Soccer Championship)," tutur Valdo yang mengaku kaget campur senang ketika diminta tampil untuk tim senior Persipura.
Kendati masih terlihat canggung bermain bersama senior, Valdo mengaku semangatnya berlipat ganda karena bisa bergabung dengan tim yang ia idolakan sejak kecil. Ini adalah motivasi besarnya untuk menunjukkan permainan terbaik bersama Tim Mutiara Hitam.
Menembus tim inti yang telah empat kali juara Liga Indonesia dan juara ISC tentu bukan hal gampang. Pemain senior Ricardo Salampessy jadi pemain paling dekat dengannya sekaligus menjadi mentor di lapangan. Apalagi, Valdo dan Ricardo sering dipasangkan sekamar selama Persipura mengikuti turnamen.
Ia juga mengidolakan Boaz Solossa yang menjadi anutan hampir satu tim Persipura. Valdo mengaku sering diberikan motivasi dan saran atas kekurangannya bermain di lapangan hijau.
"Kakak Boci (Sapaan akrab Boaz Solossa) juga suka kasih saran ke kami pemain muda. Katanya, dalam permainan harus lebih tenang karena kita anak muda maunya cepat aja. Di situ Kakak Boci kasih arahan."
Persoalan yang masih menggelayut dalam diri Valdo saat ini adalah rasa minder, malu dan segan karena bermain dengan para idolanya. Tapi, perlahan anak ketiga dari lima bersaudara ini mengaku sudah merasa sehati dengan para senior sehingga sudah mulai terbiasa.
Satu hal lagi yang belum bisa diubah Valdo adalah gestur tubuh meminta maaf ke arah bangku cadangan ketika ia membuat kesalahan di lapangan. Ia mengaku itu adalah sikap spontan yang muncul karena rasa bersalah.
"Saya merasa
gimana gitu, jadi lihat ke pelatih, asisten pelatih, manajer di bangku cadangan. Nanti, pelatih angkat tangan. Maksudnya bilang tidak apa-apa."
"Pernah dibahas pelatih sekali. Kalau memang salah enggak usah balik ke belakang. Kalau bolanya balik ke saya pas serangan balik, saya jadi kaget dan malah jadi kesalahan fatal," kata pemain yang besar di klub Tunas Muda Hamadi itu.
Posisi awal Valdo adalah sebagai sayap kiri. Tapi, selama main di Persipura ia sudah tiga kali berpindah posisi. Selain jadi bek kiri saat pertama gabung, ia juga pernah dimainkan menjadi pengatur serangan saat tampil di Piala Bhayangkara juga sebagai penyerang kedua.
Namun, ia mengaku lebih nyaman bermain sebagai sayap kiri jika pelatih menggunakan strategi ofensif dengan tiga penyerang. Ia mengaku bisa memasok umpan-umpan kepada Boaz.
"Tapi, saya tidak mau pilih-pilih. Di mana saya dibutuhkan pelatih, saya siap. Tidak jadi masalah," ujarnya.
Momen TerbaikGol pertamanya bersama Mutiara Hitam ke gawang Arema FC menjadi momen terbaik buat Valdo sejauh ini. Bahkan, ia mengaku sampai menangis sebagai ungkapan kebahagian karena sudah bisa menyumbangkan gol buat Persipura.
Ia menangis karena sudah bisa menuntaskan harapan kedua orang tua, Edison Sebastian Haay dan Buanitawati, yang memang mengharapkan sang anak mencetak gol. Saat itu kedua orang tuanya menyaksikan langsung dari bangku penonton.
Tapi kehidupan Valdo tak sebatas urusan gol, sepak bola, atau memastikan satu tempat di tim inti Persipura. Valdo yang kini masuk ke semester empat Fakultas Ekonomi Universitas Cendrawasih itu mengaku bahwa pendidikan tetap jadi prioritas utama. Di tengah kesibukannya latihan dan mengikuti turnamen, ia masih bisa membagi waktu untuk kuliah.
Pesan dari orang tuanya, pendidikan tetap jadi yang nomor satu. Apalagi saat ini, lulusan SMK Negeri 2 Jayapura itu sudah mampu untuk membiayai kuliahnya sendiri.
Penggawa Timnas Indonesia Masa DepanKiprahnya di dunia sepak bola tanah air memang belum cukup bersinar, tapi peluang untuk bisa masuk ambil bagian sebagai penggawa timnas terbuka lebar Valdo mengaku siap menjawab panggilan timnas kapanpun juga.
Pemain kelahiran Jayapura, 17 Mei 1998, itu juga punya keinginan untuk bisa masuk dalam satu skuat timnas bersama idolanya, Boaz. Bahkan, itu jadi salah satu impiannya selain membawa Persipura kembali jadi juara.
"Saya ingin bawa Persipura menang lagi tahun ini di liga resmi. Saya berharap bisa main terus sebagai tim inti sambil jaga kondisi supaya bisa tampil konsisten. Itu target utamanya."
"Persipura bukan sekadar tim tapi sudah seperti keluarga, semua berjalan dengan harmonis di tim. Semua kakak-kakak menyatu dalam rasa kekeluargaan yang sangat erat sekali," simpulnya.
(vws)