Jakarta, CNN Indonesia -- Pesepakbola Guam merencanakan mogok bermain sebagai aksi protes keputusan federasi sepak bola negara tersebut menarik tim nasional dari fase kualifikasi terakhir Piala Asia.
Federasi Guam menyebut ada alasan finansial di balik keputusan itu. Guam harus menyediakan US$1,2 juta untuk membiayai perjalanan tim di fase terakhir. Federasi Guam menyatakan lebih baik dana itu diinvestasikan untuk pengembangan pemain muda.
Kapten tim, Jason Cunliffe, melontarkan kritik dan menyebut hal itu bisa mendorong para pemain merespons negatif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu saja, kami mempertimbangkan mogok," kata pesepakbola 33 tahun itu lewat sambungan telepon dengan
AFP.
"Tentu saja. Apalagi mengingat rasa tidak hormat yang mereka tunjukkan pada kami. Mogok jadi sesuatu yang kami pertimbangkan. Keputusan itu adalah sebuah gurauan yang tidak lucu, benar-benar tak dipicu apapun."
Menurut pencetak gol terbanyak dalam sejarah Guam itu, para pemain sangat terpukul.
"Orang-orang yang tidak tahu apa-apa soal sepak bola mengambil keputusan besar," katanya.
Pernah menjadi tim yang sering jadi bulan-bulanan, negara yang dikenal sebagai tujuan berbulan madu itu membuat kejutan dengan mencapai babak final kualifikasi Piala Asia, tahun lalu.
Di bawah kepemimpinan pelatih asal Inggris, Gary White, Guam menumbangkan beberapa tim besar dan finis keempat di kualifikasi babak kedua.
Guam yang berpopulasi 170 ribu jiwa dan berperingkat nomor 182 di dunia, terus menerus mengagetkan Asia dengan mengalahkan Turkmenistan dan India -- negara berpenduduk 1,2 miliar jiwa.
Cunliffe mengungkapkan, para pemain senior telah menghubungi mantan penyerang timnas Amerika Serikat, Landon Donovan, untuk melatih Guam dan membantu mendatangkan pemasukan tambahan.
Meski telah bertemu dengan kepala sepak bola Guam, Richard Lai, untuk mengadakan pertemuan darurat, Cunliffe menegaskan belum ada kesepakatan apapun untuk menarik kembali keputusan mundur dair Piala Asia.
"Mereka mencari-cari alasan untuk mundur," kata Cunliffe yang masih berharap ada solusi untuk masalah itu sebelum pengundian digelar pada 23 Januari.
"Membawa timnas Anda bermain di turnamen terbesar di benua seharusnya menjadi keinginan setiap orang, bukan justru menarik diri ketika Anda punya peluang untuk lolos."